Memoar Bunga Luka

Oleh: Fausen


Dik, biarkan aku berkisah tentang waktu yang tak berdarah.
Namun, sebelum itu izinkan aku sejenak untuk melepas daun yang telah lama melekat pada tangkai nya
Sebelum aku terlalu jauh melangkah dan menikmati secangkir kopi diruang tengah yang  kau suguhkan untukku.

Dik, kau tau?
Bunga yang dulu pernah kau tanam di halaman rumahku sampai saat ini tak kunjung berbunga
Bukan aku tidak merawat dan menjaganya
Namun, entah mengapa? semakin aku memupuk bunga itu semakin itu layu di tangan.

Dik, cobalah kau tanam bungamu dihalaman rumah yang lain
Mungkin bungamu akan tumbuh dan berkembang indah ditempat yang berbeda.

*) Penulis Adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana

Pangkas Rambut dan Mati Lampu

Oleh: De' Ajeng


Pagi itu aku meniatkan diri untuk menghadiri rapat di organisasi daerah ku, dengan semangat yang membara, dari bangkalan hingga tempat rapat, ku susuri setiap tapak jalan tanpa terkecuali, tak jarang aku menemukan pertanyaan-pertanyaan di kepala saat menemui razia di tangkel Suramadu, terkadang terngiang dalam benakku, apakah razia harus dilakukan tiap hari ?

Hampir setiap hari tanpa henti razia di tangkel di lakukan polisi sektor suramadu utara itu, tak luput dari pandangan pun dari arah embong mereng burneh hingga rumah makan suramadu sebelum lampu merah tangkel, para pengendara memarkirkan kendaraan nya di bahu jalan.

Pernah seketika waktu aku menanyakan kenapa kendaraan nya di berhentikan di bahu jalan ? Pada salah satu pengendara motor yang hendak pulang ke kokop, "ada razia di tangkel mas, saya heran kenapa tiap hari ada razia, apakah polisi pos tangkel tidak ada kerjaan lagi selain itu", tuturnya padaku dengan nada tinggi. Aku tak bisa menjawabnya, barangkali memang itu tugas Meraka di sana, gumam ku dalam hati.

Tibalah aku di salah satu tempat kerja sepupuku, ruko kecil yang di buat kantor pemasaran perumahan, di samping ruko kantor sepupuku terdapat ruko pangkas rambut ternama di kecamatan tersebut.

Pada saat aku baru sampai disana keadaan pangkas rambut lumayan rame, ada sekitar 3 orang yang sedang mengantri giliran untuk di pangkas.

Hampir empat puluh lima menit aku di ruko itu, suara motor hingga mobil yang lewat membuat ku mengantuk amat berat, hingga aku putuskan untuk memesan kopi di warung sebelah. Tanpa pikir panjang aku seruput dalam-dalam kopi hitam kesukaan ku yang masih panas. Aku cabut sebatang rokok, ku nyalakan korek api tanpa sedikitpun ada rasa keraguan di hati.

Aku terus menghisap rokok yang ada di tanganku, sembari tersenyum aku seruput lagi kopi yang membawaku pada lagu Andmesh berjudul Nyaman yang tak sengaja aku putar di galery hpku. Dan tetiba dari ruko sebelah ada yang berteriak, "Astaghfirullah mati lampu". Aku langsung bergegas beranjak untuk mengecek ada apa gerangan. Lalu aku temui bapak tukang pangkas itu yang berteriak.

"Mati lampu Cong" ucap dia padaku setelah aku tanya kenapa. Tumben pak siang-siang begini lampu nya padam ?, Biasa Cong di desa seperti ini adanya. Seketika aku tertawa terbahak-bahak melihat salah satu pengunjung nya belum selesai dia potong rambut nya, masih sebelah bapak tersebut memotong rambut orang itu.

"Kok ketawa Cong". Tak papa pak cuma lucu aja, belum selesai di potong malah lampunya mati.
Memang seperti ini resiko menjadi tukang potong rambut di desa, kalau sudah mati lampu alamat tidak bisa membawa rezeki ke rumah, pernah juga saya temui dari jam tujuh pagi hingga jam dua siang tak ada yang potong rambut kesini, lantaran waktu itu hujan yang amat deras, tapi saya tidak menyalahkan hujannya, karena saya yakin Allah akan memberikan rezeki lain kepada saya dengan perantara hujan itu.

Aku hanya bisa diam seribu kata, karena aku tau keikhlasan hati seorang suami untuk mencarikan nafkah kepada istri dan anak nya akan di kabulkan oleh Allah, jika bukan dengan orang yang mau potong rambut, bisa saja lewat orang lain.

*) Penulis Adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

Mempunyai Tujuan Menumbuhkan Intelektual Kader Rayon Sunan Cendana Beginilah Harapan Ketua Rayon Terpilih Sunan Cendana periode 2020-2021

Oleh: De' Ajeng

Sahabat Fachrurrosi terpilih sebagai mandataris pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Sunan Cendana STKIP PGRI Bangkalan pada Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR) 21 Januari 2020 lalu, rosi terpilih dengan torehan suara 26 banding 2 suara dengan sahabat Nurul Anam. 

Dalam kesempatan lalu saya sedikit bincang-bincang dengan pak Yon terpilih di cafe kandang kopi depan dishub Bangkalan, pada waktu itu benyak hal yang kami bincang kan, seperti pembentukan formatur, pembentukan struktural kepengurusan Rayon selanjutnya di bawah pimpinannya, terbesit dalam pikiran saya untuk menanyakan mau dibawa kemana arah rayon kedepannya, mengingat rayon sunan Cendana pada periode sebelumnya banyak mengalami penurunan gerakan.

Selaku ketua yang memiliki tugas dan wewenang berat, baginya tidak ada kata sulit dan berat dalam menjalani kehidupan sebagai ketua, rasa berat dan sulit itu ada apabila seorang pemimpin tidak bisa memahami karakter dari setiap anggota kepengurusan nya, akan terasa sulit jika kepengurusan nya tidak kompak, ucap pak Yon terpilih itu pada kami yang duduk melingkar di cafe depan dishub itu.

Oleh karena itu kita harus membetuk kepengurusan yang solid, menumbuhkan rasa kekeluargaan yang selama ini hilang di rayon sunan cendana, mengembalikan great dan gerakan rayon sunan Cendana yang selama hampir beberapa tahun ini redup, menumbuhkan rasa memiliki terhadap PMII, itu adalah target utama saya selama menjadi ketua Rayon ke depan ucap pak Yon Rosi.

Pemimpin itu harus bisa membawa perubahan yang signifikan terhadap hal yang ia pimpin. Jadi apapun akan saya lakukan demi terciptanya kader rayon sunan cendana yang berintelektual dan mempunyai Akhlakul Karimah.

Sebagai kaum pergerakan yang senantiasa bergerak baik dalam keilmuan, sosial, dan pengkaderan, bahkan mahasiswa yang terkenal sebagai kaum intelektual untuk tetap menjaga nama baik mahasiswa, dengan memperbanyak kajian, diskusi yang akan saya koordinatori dan kaderisasi. 

Untuk mencapai itu semua saya membutuhkan bantuan dari kepengurusan dan kader rayon sunan cendana baik otot dan otak, karena saya yakin hal itu tidak akan bis tercapai tanpa bantuan kader rayon sunan cendana.

Dengan kajian kita tumbuhkan intelektual, dengan bersosial kita jaga solidaritas, dengan secangkir kopi kita ciptakan rasa kekeluargaan.

Sekali bendera dikibarkan hentikan ratapan dan tangisan, mundur satu langkah adalah bentuk penghianat terhadap organisasi.

Salam Pergerakan 💙💛

Peringatan Hari Ibu Ala Kopri PK PMII STKIP PGRI Bangkalan



Bangkalan– Kopri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) STKIP PGRI Bangkalan Memperingati Hari Ibu dengan bagi-bagi 1001 bunga kepada masyarakat. Selasa, pukul 08.00 (24/12/19).

Kegiatan tersebut di ikuti oleh seluruh kader putri PMII yang sering disebut kopri, yang dilaksanakan di lampu merah depan kampus STKIP PGRI Bangkalan.

22 Desember dikenal dengan hari ibu sedunia, masyarakat berlomba-lomba untuk membuat acara semeriah mungkin, namun kopri STKIP PGRI Bangkalan mempunyai inisiatif baru dengan membagikan bunga kepada masyarakat.

Zahra selaku Ketua kopri STKIP PGRI Bangkalan menyampaikan, setiap tahun ada banyak hari-hari spesial seperti hari ayah, hari ibu, hari HIV, namun di samping itu tidak ada yang kenak ke masyarakat hanya berlomba memperbagus pamflet dari setiap komunitas dan organisasi.

“Selama ini yang saya melihat setiap ada momentum lebih banyak berlomba pamflet, namun subtansi yang kenak ke masyarakat tidak ada”. Ucapnya.

Di samping itu, Zahra panggilan akrabnya menyampaikan maksud dari kegiatan tersebut untuk selalu ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan setiap organisasi.

“Jangan hanya berlomba-lomba dalam medsos saja, momentum seperti hari ibu harus menyentuh kepada masyarakat”. Jelasnya.

“Dengan 1001 bunga dari kami semoga bisa bermanfaat kepada masyarakat, dan lebih perduli lagi kepada ibu”. Pungkasnya.
(QMR/CK)


Jadilah Pendekar Pena, dengan Kegenitan Jari-jarimu

Oleh: Imam Faikli

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat STKIP PGRI Bangakalan menyediakan media edukasi kepada kader-kadernya melalui media online pmii-stkippgribkl.or.id, tentu hal ini harus disambut dengan gembira oleh sahabat-sahabat PMII STKIP BKL.

Kemajuan serta perkembangan media elektronik dari tahun ketahun sangat pesat, kesempatan mengakses internet sangat mudah, dimana-mana ada wifi hampir diseluruh warung kopi menyediakannya.

Melihat dari kemudahan itu, tentu kesempatan untuk mengakses berbagai macam pengetahuan sangat mudah, tidak jarang dari bangsanya anak muda jaman sekarang hidup tanpa gatget tidak keren bukan.

Maka ambillah kesempatan emas itu, gunakan hanphone sahabat-sahabat dengan hal yang positif, jika kita persentasekan kegiatan kader PMII saat ini, anggaplah 20% digunakan untuk literasi, 5% waktu berbagi dengan orang tua, 25% game, dan 50% untuk chat atau telponan sama si doi.

Akumulasi diatas sudah sangat diperhitungkan, tidak menutup kemungkianan anak muda jaman sekarang tidak bisa di nafikkan, lebih banyak chattingan dengan pacar atau si doi dari pada yang lainnya, apalagi dalam hal literasi.

Dengan datangnya tulisan ini, penulis ingin mengajak para kader dan anggota PMII STKIP PGRI Bangkalan untuk memanfaatkan media yang ada dengan menuangkan ide dan gagasannya melalui tulisan, baik berupa opini, puisi, prosa, esai dan cerpen serta bentuk tulisan-tulisan lainnya.

Singkat cerita, pepatah mengatakan. Kalau gajah mati meninggalkan gading, maka jika manusia mati harus meninggal apa kira-kira?, silahkan kader PMII cari sendiri, harus meninggalkan apa agar hidupnya dikenang.

Dan tidak kalah pentingnya lagi, jika ketua umum pertama PB PMII (Mahmub Junaidi) memiliki julukan pendekar pena, maka pantang bagi kader PMII enggan mengikuti jejaknya.

Sekiat, selamat menulis sahabat-sahabat.

*) Penulis Adalah ketua Komisariat STKIP PGRI Bangkalan Periode 2019-2020.

Eksistensi Identitas Kaderisasi PMII Bangkalan

Oleh: Badrut Tamam

Opini- Organisasi yang terlahir karena keresahan kaum nahdliyin NU pada masa orde baru akhirnya bisa terdeklarasi dan hadir ditengah-tengah rakyat Indonesia untuk mendiskusikan negara, mencari solusi yang terbaik bagaimana Indonesia lebih maju kedepan. Ekspansi pengurus besar PMII kesetiap penjuru Indonesia membawa angin segar bagi mahasiswa Bangkalan khususnya, karena seiring berkembangn pesatnya PMII, akhirnya kabupaten Bangkalan tersentuh dengan mendeklarasikan organisasi PMII yang bertujuan bermanfaat pada masyarakat.

Secara garis besar organisasi keislmaan yang berafialisi NU, lahir dari tubuh NU, dan mengadopsi ideologi (pemikiran) NU yaitu Ahlusunnah Waljamawaah, tentu sangat jelas gerakan dan landasaran berpikirnya tidak jauh dari tubuh NU, meski terkadang PMII sedikit cengkal dengan gerakan-gerakan ke NU an nya, dengan nalar kritisnya yang tidak bisa dibendung oleh kaula tua NU, ya namanya juga penghuni PMII mayoritas pemuda, ada yang lebih ke paham kiri ada pula yang ke paham kanannya.

Di kabupaten Bangkalan mayoritas masyarakatnya menganut NU, hampir terjaring kesetiap desa, begitu pula dengan PMII organisasi mahasiswa sudah menduduki delapan kampus dikabupaten Bangkalan. apabila kita akumulasikan kader PMII, HMI, GMNI, dan IMM, tentu kader PMII terbanyak di kampus se kabupaten  Bangkalan.

Tentu hal tersebut menjadi kebanggan tersendiri bagi para senior PMII yang bersusah payah mendeklarasikan dan merawat PMII sehingga PMII bisa melakukan ekspansi kedelapan kampus di kabupaten Bangkalan. Dalam sejarah cerita senior, PMII sering melakukan demonstrasi, bentrokan dengan aparat negara sudah menjadi hal biasa bagi kader PMII. sehingga PMII mampu merealisasikan konsepnya dengan bentuk fisik melalui bantuan pemerintah kabupaten Bangkalan, yaitu pembangun posko terpaku rute akses Surabaya-Madura.

PMII yang notabennya organisasi kaderisasi seringkali dikatangan oleh pengurus PMII, setiap saya (khususnya kader PMII), mendengar sambutan para pemimpin PMII di Bangkalan pada saat memberikan sambutan dalam acara selalu mengatan "PMII adalah organisasi kaderisasi" begitulah kira-kira perkataannya, tapi setalah saya masuk dan mengikuti setiap kegiatannya, memang benar bahwa PMII adalah organisasi kaderisasi.

Genap satu tahun lebih saya berproses di PMII, banyak menemukan aneka ragam pola gerakan, melalui gerakan sosial atau literasi. tetapi yang belum saya temui lebel PMII di Bangkalan atau identitas PMII di Bangkalan, sehingga apabila keluar ke kabupaten lain, orang lain mengatakan bahwa PMII Bangkalan dikenal dengan kader kuat secara literasi atau kader kuat secara gerakan sosial, dengan hal itu identitas PMII yang dikenal dengan organisasi kaderisasi tuntas menghasilkan kader yang fokus dalam satu muara sesuai paradigma PMII yang di bangun di kabupaten Bangkalan.

Poblem seperti diatas memang sangat kecil,  jarang dipikirkan oleh elemen pengurus tingkat Cabang hingga Rayon, tapi jika tidak diselesaikan maka hasil dari proses kaderisasi akan beraneka ragam, bisa jadi semuanya tidak didapat karena titik fokusnya tidak ada. Walau PMII dikenal dengan organisasi pergerakan membangun konstruksi pemikiran kader sangat diperlukan, semisal peduli pada masyarakat, supaya pada saat melakukan audensi atau demonstrasi, semua kader PMII respon.

Sejauh pandangan saya selama satu tahun lebih mengikuti organisasi PMII belum menemukan 80% dari setiap komisariat respon terhadap gerakan sosial pengurus Cabang. Sehingga dapat kita nilai bersama, bahwa kaderisasi pengurus Cabang PMII Bangkalan gagal membangun titik fokus terhadap kaderisasi gerakan sosial.

Sedangkan dilihat dari kaya literasi berbicara dengan referensi, hanya dapat dihitung dengan jari. Belum pernah saya temui kader PMII kabupaten Bangkalan menguatkan perspektifnya dengan referensi, sehingga setiap perkataannya hanya merupakan spekulasi.

Perlu kiranya dirumuskan titik fokus kaderisasi di kabupaten Bangkalan sehingga simbolis PMII Bangkalan dikenal oleh kabupaten lain, bisa jadi kabupaten lain akan belajar nantinya terhadap PMII Bangkalan.

Dalam merumuskan identitas konsep kederisasi ada dua poin yang ingin saya paparkan pertama kolaborasi ke setiap komisariat dan rayon, kedua mendatangkan orang kompeten untuk meluruskan metode yang tepat bagaimana menumbuhkan titik fokus kaderisasi tingkat Cabang.

Metode teknis merealisasikan poin pertama tersebut, gerak kan semua pengurus cabang untuk membangun persepsi disetiap rayon dan komisariat, setelah terjalin komunikasi dengan tujuan yang sejalan kembangkan misi pertama, yaitu titik fokus pola kaderisasi. Hal ini sangat berkaitan dengan teori antonio gramsci "Hegemoni" dalam melancarkan hegemoni terlebih dahulu harus melakukan penyatuan ideologi - negosiasi - hegemoni. Dengan ini hegemoni massa akan tercapai, begitu pula melakukan hegemoni untuk kader PMII Bangkalan tidak jauh beda dengan konsep hegemoni gramsci.

Teori antoni gramsci kerap kali dipakai untuk menghegemoni rakyat italia, sampai sekarangpun buku-bukunya banyak diterjemahkan oleh negara lain, saya rasa presentase keberhasilan untuk melancarkan pola kaderisasi di kabupaten Bangkalan dapat berkiblat atau mengadopsi teori antonio gramsci.

Sedangkan yang kedua, dalam merumuskan identitas suatu kelompok, belajar pada daerah lain dapat menjadi solusi, karena bisa dijadikan barometer bagaimana local wisdom Bangkalan sebenarnya sehingga dapat disinkronkan dengan daerah tersbut. Kalau perumusan pancasila dulu kebingungkan kemana akan berkiblat untuk merumuskan konsep ideal Indonesia, PMII yang hanya mencari kemana titik fokus kaderisasi Bangkalan jauh berbeda dengan pencarian jati diri Indonesia, cukup berkiblat dengan Surabaya atau Malang (orang gerakan sosial) atau Jogja (kota sejuta literasi). Maka identitas kelompok harus dibangun karena akan menjadi simbolis oleh kelompok lain.

*) Penulis adalah kader aktif Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

Coming Soon Abdi PMII Part #2

Abdi PMII Part #2
Oleh: PMII Komisariat STKIP PGRI Bangkalan
Coming soon

Abdi PMII Part #2
Komisariat PMII STKIP PGRI Bangkalan.

Abdi PMII menjadi ruang bagi kader PMII komisariat STKIP PGRI Bangkalan untuk menyalurkan ilmunya, agar terjalin aksi belajar mengajar sesuai dengan kampus STKIP PGRI Bangkalan yang outpunya untuk menjadi tokoh pengajar berkualitas.

Nantikan gerakan kami selanjutnya.

Terbuka untuk kader PMII STKIP PGRI Bangkalan.


Monolog Rasa

Oleh: De' Ajeng
Pagi ini
Aku berkaca di depan cermin
dan ternyata aku masih sama
Manusia biasa.

Aku tau rasa ini tak pernah kau hargai lagi
Lagi pula siapa yang mau rasa ini reda
Pakaian usang yang ketika itu aku kenakan saat menghabiskan waktu dengan mu
Masih ku pajang di dinding lemari.

Tak peduli kamu mencintaiku atau tidak
Sampai batas waktu memutuskan bahwa rasa ini harus hilang perlahan.


2019.

*) Penulis adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

Solusi Apa yang Akan Diberikan Mahasiswa KKN STKIP?

Dari kiri, Syaiful Bahri (mantan ketua Rayon Sunan Cendana 2019-2020), Zahroh (ketua Kopri PK PMII STKIP PGRI BKL 2019-2020), Muhadi (mantan Wapresma STKIP PGRI BKL 2018-2019), Moh. Halim (mantan Gubernur Himpika 2018-2019)
Oleh: Badrut Tamam

Opini- Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat pada orang lain, sangat lekat kata-kata itu pada diri kita, saat diskusi selalu disisipkan melalui perspektif kita untuk memperkuat argumentatasi. Di bulan pertama tahun 2020 kampus STKIP PGRI Bangkalan meluncurkan mahasiswa dan mahasiswinya untuk berbagi ilmu pada masyarakat yang di kenal dengan kuliah kerja nyata (KKN), tentu mereka akan menemukan beraneka ragam perbedaan dengan kehidupan dibangku kuliahnya, benturan teka-teki karakteristik akan menjadi permainan dalam masa pengabdiannya dengan sejuta kejutan yang harus dipecahkan.

Peta jawaban dalam memecahkan teta-teki dari aneka ragam perbedaan sudah mereka (mahasiswa) pelajari pada saat kuliah, kini hanya implementasi dari hasil teori untuk memecahkan kejutan realitas.

Perguruan tinggi atau kita kenal dengan kampus tidak akan terlepas dari asas acuan pokok yang harus dijalankan oleh civitas kampus, yaitu tri dharma perguruan tinggi yang dibagi menjadi tiga macam. Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. hal tersebut harus dilaksanakan oleh perguruan tinggi supaya dapat mengkolaborasikan teori dan praktek. mengutip perkatakaan teman di warung kopi buat apa punya teori selangit tapi tidak bisa kebumikan. jadi secara garis besar akan sia-sia pinter tapi tidak bermanfaat.

Tulisan ini akan membahas dua sisi mahasiswa, pertama mahasiswa secara luas, kedua mahasiswa secari sempit karena dalam tulisan ini akan kami munculkan beberapa sosok tokoh internal kampus dan eksternal kampus, maka pembaca jangan kaget apabila nanti ada kegenitan kata. Penulis juga akan mengkaitkan tiga pokok mahasiswa yang akan diuraikan dibawah ini.

1. Penjawab masalah apa pembawa masalah.
Bulan Januari 2020 pengabdian mahasiswa-mahasiswi STKIP PGRI Bangkalan akan menemukan penilaian dari masyarakat Bangkalan, nama dan almamater STKIP PGRI Bangkalan mereka bawa dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat. Tapi yang menjadi tanda tanya besar dalam benak penulis mampukah mereke memberi warna positif untuk kemajuan Bangkalan, melihat Bangkalan adalah kabupaten tertinggal dalam dunia pendidikan, tentunya harus menyebarkan virus positif para mahasiswa STKIP PGRI bangkalan.

Ada dua hal permasalahan yang di hadapi masyarakat Bangkalan yaitu pendidikan dan ekonomi, mahasiswa STKIP yang notabennya pendidikan dan ada pula jurusan ekonomi harus menjadi solusi, merubah paradigma masyarakat bahwa pendidikan sangat penting, sedangkan jurusan ekonomi tentu harus menawarkan konsep bagaimana memanfaatkan kekayaan alam dan berbisnis bersaing dengan masyarakat luar.

Ratusan mahasiswa ditaruh dibeberap titik Kabupaten Bangkalan, bekal konsep teoritis dibangku kuliah akan menjadi tolak ukur keberhasilan menjawab dua poblem yang telah saya paparkan di atas. keberhasilan membawa perubahan lebih baik terhadap masyarakat adalah harapan semua elemen masyarakat dan dosen karena almamater kampus jaminan perjalanan pengabdian pada masyarakat bangkalan.

2. PMII STKIP dan harapan masyarakat
para kader terbaik Pergerakan Mahasiswi Islam Indonesia (PMII) yang sudah duduk di pos strategis organisasi kampus dan ekstra kampus kini terpanggil kampus karena semester akhir melaksanakan pengabdian pada masyarakat disalah satu titik Bangkalan desa brekas dejeh ia adalah Syaiful Bahri (demisioner ketua rayon Sunan Cendana), zahroh (ketua kopri PK PMII STKIP PGRI Bangkalan), Muhadi (wapres demisioner), dan moh halim (gubernur demisioner PPKN).

Empat kader terbaik PMII tersebut menyandang dua marwah yang harus dijaga yaitu almamater kampus dan almamater PMII, walaupun mereka berangkat melalui tugas dari kampus nama PMII harus tetap dijaga karena banyak kader PMII yang sudah alumni dan masih ber-PMII di kampus lain. Etika dan budipekerti harus dikedepannya karena Bangkalan khususnya mengedepankan etika.

Secara teoritis mereka tidak usah diragukan karena biasanya selepas pulang kuliah mereka menyempatkan kajian (diskusi dan belajar) membicarakan perkembangan zaman bahkan zaman yang sudah silam dan kelam, pada malam haripun warung kopi juga dijadikan ngobrol ilmiah menawarkan gagasan-gagasannya, saya rasa tuntas kalau masalah teori, disamping mereka kadang turun kejalan melakukan demonstrasi tentu menghadapi poblem ekstrem hal biasa.

Ekonomi, pendidikan, nepotisme, dan ketimpangan sosial. Semua itu akan mereka temui salah satu dari empat poblem tersebut, tentu mereka harus respon terhadap empat poin di atas, dengan itu mereka akan menyusun strategi dimana mensinkronkan antara hasil dialektika untuk dijadikan realita. mereka terlahir dari lingkungan diskusi dan aksi menghadapi poblem diatas sudah lazim di kanca kabupaten, apakah mampu merubah konstruksi pemikiran masyarakat Brekas Dejeh, pada hari kedua puluh tiga hari nanti akan mengakhiri pengabdian pada masyarakat sekaligus prestasi atau kegagalan harus menjadi catatan dalam sejarah.

3. Pencapaian kalian ditunggu selesai KKN
dikatakan berhasil apabila pekerjaan sudan selesai dan hasil sesuai dengan harapan begitulah kiranya, saya diatas hanya berspekulasi panjang lebar, mulai poin pertama hanya megsinkronisasikan latar belakang kalian (mahasiswa) dengan teka-teki yang harus dipecahkan melalui kecerdikan berpikir dan ketangkasan bergerak.

Sejuta harapan masyarakat dan dosen mereka titipkan pada kalian yang menjalankan pengabdian, karena kalian kaum intelektual muda kata sowono adalah pembawa solusi hadir ketengah-tengah masyarakat dan membawa nama baik almamater kampusnya. Etika dan moral harus dijadikan prioritas.


*) Penulis adalah kader aktif PMII Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

Telat Melamar Siap-siap Jadi Tamu Undangan

oleh : De' Ajeng

Madura keras boss ! telat ngelamar siap-siap jadi tamu undangan.

Peribahasa baru pemuda madura yang pada waktu akhir-akhir ini selalu di ucapakan, di tongkrongan, pengajian, dan kegiatan kepemudaan di madura. Sebuah kejadian yang terjadi kurang lebih 10 tahun terkahir ini mengakibatkan terjadinya carok di beberapa daerah.

Carok sendiri adalah duel sampai mati yang dilakukan oleh dua pria dengan menggunakan senjata celurit. Biasanya, carok adalah cara terakhir yang dilakukan oleh masyarakat madura untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai. Salah satunya masalah asmara, orang madura sangat sensitif sekali perihal asmara.

Tak hanya itu, pemuda madura selain dikenal sebagai kaum santri pula di cap sebagai kaum tempramen, tidak asing rasanya jika perkelahian antar pemuda di madura sering terjadi, hal itu sudah mendarah daging bagi kaum pemuda madura.

" Ango'an pote tolang Atembeng pote matah" salah satu selogan sakral pemuda madura untuk membela kebenaran yang di anggap benar, dan siap tempur dalam pertarungan jika kebenaran yang ia anggap benar di kucilkan. 

Hubungan asmara bagi kaum pemuda madura sangat sakral, tak jarang kejadian tidak masuk akal dilakukan, hal itu memicu adanya tulisan ini, apalagi menjalin hubungan asmara bertahun-tahun namun kalah satu langkah saja bisa mengakibatkan hal yang tidak di inginkan terjadi.

Tak asing lagi bagi kita jika menemukan berita terkait pertikaian di madura perihal asmara, sudah hal tabu di telinga masyarakat madura, hal itu menjadikan pertengkaran (Carok) sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang masyarakat madura, dan di anggap hal yang tidak bisa di tinggalkan jika asmara di ganggu.

Telat melamar siap-siap jadi tamu undangan, fenomena baru, ya baru karena beberapa alasan terjadinya hal tersebut lantaran ketidak pastian antara kedua pasangan, biasanya yang menjadikan hal itu terjadi adalah faktor ekonomi, karena bagi masyarakat madura khususnya orang tua perempuan amat berat rasanya jika memberikan anaknya kepada laki-laki yang tak punya apa-apa (miskin). Hal itu lah yang menyebabkan pacaran lama namun tidak siap melamar dan di tikung oleh teman.

Miris sekali percintaan madura, jika tidak siap melamar, harus rela menjadi tamu undangan, jika tidak kuat ekonomi siap-siap tuk mengubur impian dalam-dalam, jika mengganggu pasangan orang lain siap-siap mati dalam pertarungan.

*) Penulis adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

Kamu kah itu ?


Oleh : (De' Ajeng)

    Sore itu, di perumahan ternama di bangkalan, aku duduk di trotoar samping salah satu rumah, sembari memandangi kendaraan lewat untuk pepulangan. Sedikit aku melihat ke barat, melihat matahari terbenam, mega merah langit sore, angin bersemilir indah, burung-burung beterbangan hendak pulang ke sangkarnya, hingga tak sadar dengan keindahan adzan maghrib di kumandangkan.

     Seketika dirimu datang, dengan membawa senyum manismu, bersama kekasihmu, kamu duduk di cafe samping ujung trotoar tempat aku duduk, sambil bergurau dengan kekasihmu, bercengkrama ria, saling melempar senyuman. Sementara aku, hanya bisa memandangi mu dari kejauhan, memperhatikan gerak-gerik candamu. Aku tak akan pernah bisa menyapamu, apalagi duduk berduaan, bermesraan seperti sekarang itu. Semua itu hanya khayalan bagiku.

     Aku tahu, aku hanya lelaki yang tak punya apa-apa dan tak akan mampu menjadi apa-apa. Sementara itu kamu mempunyai segalanya, laki-laki kumuh ini hanya ingin satu hal darimu,  aku hanya ingin kau memperhatikan ku, memandang ku menganggap kehadiran ku sepeti apa yang aku lakukan terhadap mu, namun aku sadar semua itu hanyalah khayalan dan tak akan pernah terealisasikan, seperti teori konspirasi.

    Dari kejauhan langit sudah gelap, kamu lagi-lagi tersenyum dengan hembusan angin malam, di langit bintang-bintang berdatangan, kunang-kunang perlahan menampakkan wujudnya. Aku sekilas memandangi mu rasanya tak ingin kehilangan sedikitpun senyummu itu, sesekali kau memandang ke arahku namun hal itu tak lantas membuatku berbesar kepala, mungkin kau hanya ingin melihat sekitarmu. Kau memandangku dengan mata yang indah, namun tanganmu tak enggan lepas dari cengkraman kekasih mu, miris sekali.

     Kekasihmu memang orang yang paling beruntung, dia kaya, tampan, dan yang paling penting dia memiliki hatimu. Jauh dari pandanganmu aku tetap tersenyum, melihatmu tertawa lepas dengan kekasihmu, aku tak cemburu ataupun sakit hati, malah aku merasa senang melihatmu bahagia, bahkan perasaanku begitu lepas ketika aku melihat senyummu, karna melihat senyummu adalah karunia terbesar dalam hidupku.

     Seakan separuh beban dalam hidupku terhapus oleh senyummu, padahal kau tak tau apa beban dalam benakku selama ini. Senyummu adalah karunia tuhan yang di ciptakan hanya untuk aku curi. Hari terus berganti, kenangan di cafe itu masih lekat dalam benakku, seakan tak mau lepas dari ingatanku, aku tak tahu seperti nya kau adalah konsep yang telah di takdirkan dalam setiap kebahagiaan, kesenangan, dan segala bentuk keindahan.

     Hari terus berganti, aku melihat mu di gemuruh ramainya kampus, tak sengaja kita bertatapan, dengan sepontan kau melempar senyuman padaku, betapa bahagianya aku kala itu, namu aku tahu, bahwa senyum itu tak dapat aku miliki, bagimu senyum itu tak berarti tapi bagiku, senyum itu adalah penawar segala penat aktivitas kampus yang membosankan itu.

      Hal yang tidak bisa aku lupa adalah kebahagiaan itu memang ada, bagi siapapun yang mengharapkan nya, dengan secangkir kopi, aku telan pahitnya kehidupan, dengan panasnya aku bakar cemburu yang ada, dengan aromanya aku cumbu segala masalah dalam kehidupan.

*) Penulis adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana komisariat STKIP PGRI Bangkalan.

Benarkah Bangkalan Kota Dzikir dan Sholawat?

Oleh: Imam Faiq

Opini- Kabupaten Bangkalan ujung barat Madura Jawa Timur pada tahun 2015 lalu telah mendeklarasikan sebagai kota Dzikir dan Sholawat yang sebelumnya dijuluki sebagai kota Salak.

Deklarasinya kota Dzikir dan Sholawat ini melalui musyawarah dengan ulama dan tokoh masyarakat, Bangkalan yang disepakati diberi jargon Kota Dzikir dan Shalawat. Motivasinya ialah, berharap penduduk Bangkalan tetap dalam balutan syariat Islam.

Kota salak dianggap kurang pas lantaran julukan tersebut tidak dapat pengakuan dari pemerintah kabupaten Bangkalan, karena dianggap belum sepadan dengan potensi daerahnya, dilansir dari maduraindepth.com, padahal kalau melihat dari potensi daerahnya salak sudah mewakili dengan beberapa daerah di Bangkalan yang dipenuhi dengan pohon salak.

Penulis pernah mendengar istilah yang mungkin masih dianggap dangkal karna penafsirannya yang hanya sebatas dari orang desa, begini bunyinya. "Salak itu banyak durinya, duri dikategorikan sebagai rakyat, jadi banyak rakyatnya, juga salak itu kalau dilihat dari kulitnya, kasar tapi kalau dibuka isinya manis, artinya kesesuaian dengan watak Madura sangat pas" ungkapan ini pernah terlontar oleh sebagian masyarakat desa yang kebetulan waktu itu pemilihan kepala desa yang berangkat dari buah salak.

Jika melihat penafsiran liar diatas, sepertinya kota salak ini sangat pas untuk kita lestarikan di kabupaten Bangkalan, salak sudah mewakili sifat dan perilaku masyarakat Madura terkhusus Bangkalan. Artinya salak sudah mewakili semuanya, baik secara budaya, agama serta penunjang perekonomian masyarakat kabupaten Bangkalan.

Melihat hal itu, sudahkah perilaku masyarakat Bangkalan mewakili dari julukan kota Dzikir dan Sholawat, melihat dari tindakan-tindakan amoralitas yang terjadi di Bangkalan, anak usia dini diperkosa, salah satu oknum guru bertidak yang tidak terhormat kepada muridnya.

Hal ini yang perlu diperhatikan, kalau memang Bangkalan adalah Kota yang Berdzikir dan Bersholawat, maka perlu adanya monitoring secara masif dari pemerintah kabupaten Bangkalan agar gerbang kota di kecamatan Burneh tidak hanya menjadi simbol belaka bahwa kita sudah masuk zona Dzikir dan Sholawat. Jangan-jangan zona itu hanya berlaku di daerah sekitaran kota saja. Ups, semoga saja tidak demikian.

Terbaru yang sedang viral saat ini, Bangkalan lagi-lagi di gegerkan dengan tindakan yang kurang pantas, tindakan amoralitas kembali coreng kota Bangkalan, sepasang kekasih melakukan ciuman di salah satu Kafe di Bangkalan.

Melihat hal itu, langkah strategis apa yang akan pemerintah kabupaten Bangkalan lakukan, kejadian ini menjadi cambuk bagi masyarakat Bangkalan, apalagi Bangkalan baru-baru ini mendapat bagian dari daerah percepatan pembangunan ekonomi nasional sesuai dengan peraturan presiden No. 80 tahun 2019.

Jika urusan kotanya belum selesai bagaimana mau menghadapi kemajuan dibidang lainnya, ini adalah prinsip yang harus dijaga bersama-sama, apa lagi kota Dzikir dan Sholawat harus ada kewaspaan secara masif dan serius dari pemerintah Bangkalan. Semoga Bangkalan terus selalu berbenah, hingga sampai pada ujung kesejahteraan sosial yang merata dan menyesuaikan dengan kondisi kotanya, (KOTA DZIKIR DAN SHOLWAT)

Sekedar curahan hati, penulis tidak bermaksud merendakan kota Bangkalan, hanya saja ini bentuk keperdulian penulis terhadap keberadaan kabupaten Bangkalan yang sedang menyandang kota Dzikir dan Sholawat, sekaligus pertanyaan besar, BENARKAH BANGKALAN KOTA DZIKIR DAN SHOLAWAT???

*) Penulis adalah ketua komisariat PMII STKIP PGRI Bangkalan Periode 2019-2020

Ternyata Kita Ketinggalan Kawan

(Oleh: Badrud Tamam kiri)


Opini-Secara peta geografis, semua kalangan menjadi lahan kekuasaan oleh orang pribumi yang menetap di tempatnya sendiri, nyatanya semuanya hanyalah semu tidak ada bukti nyata, hanya menjadi wacana yang di gemar-gemarkan petinggi-petinggi pemuda dalam negeri. Dalam lamunan tentun ada konsep ideal untuk kemajuan tapi tidak ada gerakan kerja nyata hanya jadi ilusi yang terus-terus di bahas dalam sajak puisi.

Tanpa Kita sadari, kita kalah kawan sama tetangga sebelah, ia sekali mendayung dua pulau terlampaui. sedangkan kita yang punya kuasa dengan peluang besar menjadi babu yang tak disadari. Dalam kutipan kata mutiara seringkali kita temui lebih baik main judi daripada menjadi babu di negerinya sendiri, kemungkinan besar gelar kebersamaan menyongsong kemajuan kedepan bukan menjadi pencapaian ideologi bersama, sehingga bercabang-cabang perspektif lahir dengan menimbulkan konflik yang tak diduga. Hingga hari ini kita hanya meraba diatas tidak mau kebawah

Tetangga sudah berpikir sepuluh tahun bahkan dua puluh tahun kedepan ia sama-sama orang pribumi, hanya menjadi perantauan menimba ilmu tanpa lupa pada halamannya tempat dia dibesarkan dengan bercocok tanam. Apa yang menjadi problem besar sehingga sifat idealis tidak bisa dijadikan realistis. Apakah kekuatan dan peluang tidak bisa mengimbangi untuk merealisasikan, saya rasa hal ini tidak mungkin karena pribumi intelektual adalah Raja yang merdeka ditempatnya tentu peluang keberhasilan sangat besar dicapai.

Apakah sifat apatis sudah mulai tumbuh di tubuh daerah yang butuh sentuhan oleh kaum pemuda ini, atau semangatnya sudah di korbankan dengan berkoar-koar tanpa bukti nyata dan memahami antropologi daerahnya, atau jangan-jangan ada proses negosiasi dengan rupiah yang telah ternominalkan sehingga gerak tidak sesuai dengan sublimasi hasil idealisme.

Mengutip perkataan perkataan tokoh sastrawan pramoedya ananta toer  Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri. Sepatutnya perkataan ini menjadi cambuk  bagi pemuda pribumi yang menetap di kampung halamannya bukan malah terus bergerak tapi hasil tidak pernah tampak secara nalar dan visual.

Mengkritisi adalah kewajiban dalam negara demokrasi aturan sudah tertulis dalam UU no.9 tahun 1998 tentang kemerdekaan berpendapat didepan umum tapi semuanya harus topang dengan konsep baru, dengan mengkritisi membawa solusi. Solusi yang paling ideal adalah kerja nyata selagi kita mampu melakukannya dengan tujuan perubahan yang lebih baik.

Bisa pula dengan mengkritisi membawa solusi tawaran konsep untuk dikerjakan, tapi peluang keberhasilannya minim karena setiap kepala beda pikiran dan setiap orang beda tindakan sesuai pemikirannya maka peluang konsep gagasan hanya akan tercapai beberapa persen.

Memang bumi kita sudah merdeka dari pertikaian yang menghasilkan lautan darah disepanjang jalan, tetapi kemerdekaan pikiran kita terus kalah sama tetangga sebelah.

Pemuda dalam negeri harus mampu menjadi Raja ketimbang pemuda perantauan, setidaknya langkah kita harus lebih maju membangun tempat kita yang kita amati dari dekat. Jangan terus-terusan berprinsip kalah menang itu biasa prinsip seperti itu harus ada di sampah.

Kita harus berbenah kawan mencari konsep baru, dimana gagasan harus teraktualisasi tanpa menunggu tangan-tangan pemegang kekuasaan.

*) Penulis adalah kader aktif PMII Rayon Sunan Cendana STKIP PGRI Bangkalan

PMII STKIP Gelar Talk Show, Pelayanan Kesehatan itu Milik Siapa ?

(Foto: Saat pembukaan acara talk show)

BANGKALAN - Pengurus Komisariat PMII STKIP PGRI Bangkalan gelar Talk Show kesehatan, dengan tema 'Pelayanan kesehatan milik siapa?' Selasa malam di gedung DPRD Bangkalan, Jl. Soekarno Hatta No.41, Bangkalan. (26/11/2019).

Maraknya kasus kesehatan di kabupaten Bangkalan, membuat para aktivis di Bangkalan menjadi geram, oleh sebab itu, PMII Komisariat STKIP PGRI Bangkalan berinisiatif untuk menjaring apresiasi dan keluh kesah masyarakat dengan menggelar Talk Show Pelayanan Kesehatan.

Imam Faikli, ketua komisariat PMII STKIP PGRI Bangkalan, menyampaikan, dalam acara tersebut  mengundang lima instansi, diantaranya komisi D DPRD Bangkalan, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan dan RSUD Syamrabu Bangkalan.

"Melihat dari lima instansi yang kami undang sudah jelas bahwa, ketimpangan ini harus kita jawab dengan acara berdialog, agar persoalan yang terjadi dimasyarakat bisa kita diskusikan secara bersma-sama,". Ucapannya.

Imam, sapaan akranya  juga menyampaikan maksud adanya acara tersebut, bahwa adanya acara ini nantinya bisa memberi efek jelas terhadap masyarakat sekitar khusus bagi mahasiswa yang mempunyai tanggung jawab sosial.

"Saya berharap dari adanya acara ini nanti bisa memberikan kejelasan perihal pelayanan kesehatan, apa yang sebenarnya perlu kita evaluasi bersama-sama," ujarnya.

Penulis, Qomaruddin kader PMII Rayon Sunan Cendana.