Kamu kah itu ?


Oleh : (De' Ajeng)

    Sore itu, di perumahan ternama di bangkalan, aku duduk di trotoar samping salah satu rumah, sembari memandangi kendaraan lewat untuk pepulangan. Sedikit aku melihat ke barat, melihat matahari terbenam, mega merah langit sore, angin bersemilir indah, burung-burung beterbangan hendak pulang ke sangkarnya, hingga tak sadar dengan keindahan adzan maghrib di kumandangkan.

     Seketika dirimu datang, dengan membawa senyum manismu, bersama kekasihmu, kamu duduk di cafe samping ujung trotoar tempat aku duduk, sambil bergurau dengan kekasihmu, bercengkrama ria, saling melempar senyuman. Sementara aku, hanya bisa memandangi mu dari kejauhan, memperhatikan gerak-gerik candamu. Aku tak akan pernah bisa menyapamu, apalagi duduk berduaan, bermesraan seperti sekarang itu. Semua itu hanya khayalan bagiku.

     Aku tahu, aku hanya lelaki yang tak punya apa-apa dan tak akan mampu menjadi apa-apa. Sementara itu kamu mempunyai segalanya, laki-laki kumuh ini hanya ingin satu hal darimu,  aku hanya ingin kau memperhatikan ku, memandang ku menganggap kehadiran ku sepeti apa yang aku lakukan terhadap mu, namun aku sadar semua itu hanyalah khayalan dan tak akan pernah terealisasikan, seperti teori konspirasi.

    Dari kejauhan langit sudah gelap, kamu lagi-lagi tersenyum dengan hembusan angin malam, di langit bintang-bintang berdatangan, kunang-kunang perlahan menampakkan wujudnya. Aku sekilas memandangi mu rasanya tak ingin kehilangan sedikitpun senyummu itu, sesekali kau memandang ke arahku namun hal itu tak lantas membuatku berbesar kepala, mungkin kau hanya ingin melihat sekitarmu. Kau memandangku dengan mata yang indah, namun tanganmu tak enggan lepas dari cengkraman kekasih mu, miris sekali.

     Kekasihmu memang orang yang paling beruntung, dia kaya, tampan, dan yang paling penting dia memiliki hatimu. Jauh dari pandanganmu aku tetap tersenyum, melihatmu tertawa lepas dengan kekasihmu, aku tak cemburu ataupun sakit hati, malah aku merasa senang melihatmu bahagia, bahkan perasaanku begitu lepas ketika aku melihat senyummu, karna melihat senyummu adalah karunia terbesar dalam hidupku.

     Seakan separuh beban dalam hidupku terhapus oleh senyummu, padahal kau tak tau apa beban dalam benakku selama ini. Senyummu adalah karunia tuhan yang di ciptakan hanya untuk aku curi. Hari terus berganti, kenangan di cafe itu masih lekat dalam benakku, seakan tak mau lepas dari ingatanku, aku tak tahu seperti nya kau adalah konsep yang telah di takdirkan dalam setiap kebahagiaan, kesenangan, dan segala bentuk keindahan.

     Hari terus berganti, aku melihat mu di gemuruh ramainya kampus, tak sengaja kita bertatapan, dengan sepontan kau melempar senyuman padaku, betapa bahagianya aku kala itu, namu aku tahu, bahwa senyum itu tak dapat aku miliki, bagimu senyum itu tak berarti tapi bagiku, senyum itu adalah penawar segala penat aktivitas kampus yang membosankan itu.

      Hal yang tidak bisa aku lupa adalah kebahagiaan itu memang ada, bagi siapapun yang mengharapkan nya, dengan secangkir kopi, aku telan pahitnya kehidupan, dengan panasnya aku bakar cemburu yang ada, dengan aromanya aku cumbu segala masalah dalam kehidupan.

*) Penulis adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana komisariat STKIP PGRI Bangkalan.

1 komentar: