Pangkas Rambut dan Mati Lampu

Oleh: De' Ajeng


Pagi itu aku meniatkan diri untuk menghadiri rapat di organisasi daerah ku, dengan semangat yang membara, dari bangkalan hingga tempat rapat, ku susuri setiap tapak jalan tanpa terkecuali, tak jarang aku menemukan pertanyaan-pertanyaan di kepala saat menemui razia di tangkel Suramadu, terkadang terngiang dalam benakku, apakah razia harus dilakukan tiap hari ?

Hampir setiap hari tanpa henti razia di tangkel di lakukan polisi sektor suramadu utara itu, tak luput dari pandangan pun dari arah embong mereng burneh hingga rumah makan suramadu sebelum lampu merah tangkel, para pengendara memarkirkan kendaraan nya di bahu jalan.

Pernah seketika waktu aku menanyakan kenapa kendaraan nya di berhentikan di bahu jalan ? Pada salah satu pengendara motor yang hendak pulang ke kokop, "ada razia di tangkel mas, saya heran kenapa tiap hari ada razia, apakah polisi pos tangkel tidak ada kerjaan lagi selain itu", tuturnya padaku dengan nada tinggi. Aku tak bisa menjawabnya, barangkali memang itu tugas Meraka di sana, gumam ku dalam hati.

Tibalah aku di salah satu tempat kerja sepupuku, ruko kecil yang di buat kantor pemasaran perumahan, di samping ruko kantor sepupuku terdapat ruko pangkas rambut ternama di kecamatan tersebut.

Pada saat aku baru sampai disana keadaan pangkas rambut lumayan rame, ada sekitar 3 orang yang sedang mengantri giliran untuk di pangkas.

Hampir empat puluh lima menit aku di ruko itu, suara motor hingga mobil yang lewat membuat ku mengantuk amat berat, hingga aku putuskan untuk memesan kopi di warung sebelah. Tanpa pikir panjang aku seruput dalam-dalam kopi hitam kesukaan ku yang masih panas. Aku cabut sebatang rokok, ku nyalakan korek api tanpa sedikitpun ada rasa keraguan di hati.

Aku terus menghisap rokok yang ada di tanganku, sembari tersenyum aku seruput lagi kopi yang membawaku pada lagu Andmesh berjudul Nyaman yang tak sengaja aku putar di galery hpku. Dan tetiba dari ruko sebelah ada yang berteriak, "Astaghfirullah mati lampu". Aku langsung bergegas beranjak untuk mengecek ada apa gerangan. Lalu aku temui bapak tukang pangkas itu yang berteriak.

"Mati lampu Cong" ucap dia padaku setelah aku tanya kenapa. Tumben pak siang-siang begini lampu nya padam ?, Biasa Cong di desa seperti ini adanya. Seketika aku tertawa terbahak-bahak melihat salah satu pengunjung nya belum selesai dia potong rambut nya, masih sebelah bapak tersebut memotong rambut orang itu.

"Kok ketawa Cong". Tak papa pak cuma lucu aja, belum selesai di potong malah lampunya mati.
Memang seperti ini resiko menjadi tukang potong rambut di desa, kalau sudah mati lampu alamat tidak bisa membawa rezeki ke rumah, pernah juga saya temui dari jam tujuh pagi hingga jam dua siang tak ada yang potong rambut kesini, lantaran waktu itu hujan yang amat deras, tapi saya tidak menyalahkan hujannya, karena saya yakin Allah akan memberikan rezeki lain kepada saya dengan perantara hujan itu.

Aku hanya bisa diam seribu kata, karena aku tau keikhlasan hati seorang suami untuk mencarikan nafkah kepada istri dan anak nya akan di kabulkan oleh Allah, jika bukan dengan orang yang mau potong rambut, bisa saja lewat orang lain.

*) Penulis Adalah Kader Aktif Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar