Tapak Tilas Makam Syekh Zainal Abidin Sunan Cendana


 


Pengurus Rayon Sunan Cendana Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat STKIP PGRI Bangkalan mengadakan ziarah ke makam syekh Zainal Abidin (Bhuju' Cendenah Kwanyar). Dalam hal ini diikuti oleh pengurus Komisariat, pengurus rayon serta angkatan 2019. Ziarah ini dilakukan untuk bertawasul kepada Allah serta memperkenalkan kepada anggota MAPABA 2020 bahwasanya nama Rayon yang diambil dari nama Sunan Cendana.


Ziarah ke makam Syekh Zainal Abidin dilakukan rutin tiap tahun dengan pengurus serta anggota baru (Alumni MAPABA). Hal ini untuk mengenang dan mempererat ikatan emosional dengan makam-makam para wali yang ada di pulau Madura.


Tak menyia-nyiakan waktu kami langsung bertemu dan berbincang santai dengan juru kunci Syekh Zainal Abidin, yakni H. Abd Hadi kami pun langsung bertanya-tanya tentang awal kedatangannya Syekh Zainal Abidin di pulau Madura.

Beliau mengatakan "Tak lain dan tak bukan Syekh Zainal Abidin salah satu murid Sunan Ampel (Raden Rahmat) serta masih satu nasab".


Syekh Zainal Abidin diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk menyiarkan agama Islam di pulau Madura, dengan rasa hormat tanpa membantah beliau berangkat melakukan perjalanan menuju Madura, akan tetapi sesampainya di tepi laut beliau terdiam karena tidak ada kapal ataupun perahu, tak lama kemudian datanglah sebuah ikan besar, ikan pare (dalam bahasa Madura ikan Mondung), ikan itu mengantarkan Syekh Zainal Abidin ke pulau Madura tepatnya di pelabuhan Modung dengan selamat.


Dengan rasa terima kasih Syekh Zainal Abidin berwasiat kepada ikan itu "saya tidak akan makan dagingmu sampai juga anak keturunanku tidak akan makan dagingmu, jika diantara anak keturunanku sampai makan dagingmu maka dia akan dikena penyakit kulit".


Lanjut H. Abd Hadi mengatakan asal mulanya dinamakan Sunan Cendana, beliau mengatakan "diberitahukan pada saat itu tepatnya di Kwanyar tidak adanya pengeras suara untuk menandakan melaksanakan sholat tepat waktu, dengan inisiatif masyarakat bersama maka direncanakan untuk mencari kayu besar untuk memukul bedug, berangkatlah ke hutan masyarakat itu, sesampainya di hutan masyarakat mencari kayu tak lama kemudian mereka menemukan kayu yang dicari, tanpa berpikir panjang masyarakat pun langsung memotong kayu tersebut, namun saat menggergaji kayu, terdengar sebuah bersuara yang mengatakan "'Nak,kalian mengenai kakiku kurang ke atas"' lalu masyarakat itu spontan berhenti sejenak memastikan suara itu.tanpa sadar mereka menghiraukan suara itu dan menggergaji di tempat yang sama,suara itu muncul kembali dengan kata yang sama.Tanpa basa-basi masyarakat tersebut percaya bahwa ada orang di dalam kayu tersebut.Pindahlah posisi gergaji lebih ke atas untuk memotongnya lagi. Saat digergaji suara itu muncul kembali dan mengatakan "'Nak,masih mengenai leherku kurang ke atas"'. Dan untuk terakhir kalinya masyarakat memindahkan posisi gergaji itu lebih ke atas dan suara itu tidak terdengar kembali sampai kayu itu roboh. Setelah kayu itu roboh, muncul bau menyengat dan harumnya sangat dahsyat. Teryata suara yang muncul dari dalam kayu itu adalah suara Syekh Zainal Abidin yang sedang bertapa atau bersemedi dengan posisi berdiri tegak.Dari kejadian itu masyarakat memberikan julukan nama Syekh Zainal Abidin Abidin Sunan Cendana yang artinya pohon yang harum".


Segelintir yang di sampaikan oleh juru kunci sekaligus keturunan dari Sunan Cendana yang membuat pemahaman kami bertambah.kami berziarah sekaligus menggali sejarah Syekh Zainal Abidin di pulau Madura hingga mendapat julukan Sunan Cendana.



"Coretan Om Dull".

Warna-warni Kebijakan DPRD Bangkalan


 

Demo mahasiswa yang terjadi beberapa bulan terakhir khususnya di kabupaten Bangkalan menunjukkan bahwa kaum muda selalu memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu, termasuk perkara peraturan daerah di kabupaten Bangkalan yang semakin amburadul dan tidak sesuai dengan undang-undang. 


Selain memiliki stamina yang meluap, kaum muda pun memiliki lebel sebagai kelompok usia muda yang masih memiliki semangat dan intelektual yang begitu kuat. Bahkan, dalam teori-teori klasik organisasi kaum mahasiswa ini kerap disebut sebagai agen perubahan atau Agent Of Change. 


Tak heran, sejumlah perubahan besar berhasil dicapai berkat upaya gerakan dan suara lantang yang diteriakkan oleh mereka.


Contohnya saja aksi dari Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang terjadi pada bulan Oktober tahun 2020 kemarin. Terkait pasar modern, parkir di pasar modern (Indomaret dan Alfamart), dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). 


Seorang aktivis jalanan muda asal Robetal, secara gamblang melakukan orasi didepan gedung DPRD Bangkalan terkait parkiran di pasar-pasar modern yang masih Amburadul dikarenakan perizinan dari toko tersebut masih tidak jelas, dan terkoneksi terhadap Dinas Perhubungan (DISHUB) dan tidak sesuai dengan Peraturan daerah (PERDA). 


Tanpa rasa takut, ia dengan yakinnya menyebut bahwa rata-rata parkiran di Kabupaten Bangkalan khususnya di pasar modern seperti Indomaret dan Alfamart masih belum terkonfirmasi ke Dinas Perhubungan karena kebanyakan dikuasai oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. 


“Banyak tempat parkir di indomaret dan alfamart khususnya daerah Bangkalan masih belum jelas perijinannya juga sangat tidak sesuai dengan PERDA No. 8 tahun 2015 dan PERBUP no 56 tahun 2019,” kata salah satu Orator saat aksi demonstrasi di gedung DPRD Bangkalan. Senin (05/10/2019) dikutip dari salah satu media di Bangkalan. 


Laporannya pun diterima oleh anggota dewan komisi A dan akan segara ditindak lanjuti.


Pada waktu itu, puluhan mahasiswa dari organisasi PMII STKIP PGRI Bangkalan mengikuti jalan nya aksi dengan sangat antusias, meminta kejelasan dari para anggota dewan komisi A dan ketua instansi-instansi terkait. Tuntutan mereka terpenuhi meskipun harus menunggu waktu selama seminggu. 


Beberapa minggu kemudian, idealisme dan stamina pemuda itu kembali terlihat setelah harus melakukan audensi dan komisi A DPDR Bangkalan memanggil instansi-instansi terkait seperti, ketua DISHUB, ketua Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) untuk meminta data yang diinginkan oleh para demonstran. Hasilnya pun lumayan memuaskan dengan syarat harus datang langsung terhadap instansi terkait. 


Meskipun belum menemui hasil terang, akan tetapi kegigihan mereka untuk menyuarakan aspirasi masyarakat belum juga luntur. 


Hal ini membuktikan, kita tidak bisa meremehkan kekuatan yang dimiliki oleh kaum mahasiswa aktivis dengan segala idealisme, keberanian, dan kegigihannya.


Walaupun mereka minim dalam hal pengalaman, namun mereka kaya akan gagasan yang tidak dimiliki generasi lainnya. 

Walaupun tak selalu mendapatkan hasil yang memuaskan, tapi setidaknya mereka sudah berani menyuarakan kebenaran di khalayak ramai. 



Oretan Faruk

Sang Penyair gelandangan. 

Duka Membawa Berkah


 

Selasa (05/01/2021) sekitar pukul 14.30 saya berkumpul di stadion bertepatan di warung kaki lima dan lebih akrabnya di sebut Berung mbuk, saya duduk bersantai dengan empat teman lainnya di warung itu sambil menunggu datangnya temen temen yang lain, yang mau ikut takziyah, tidak lama kemudian turun lah hujan yang membuat saya harus bersantuy sejenak sambil menikmati dinginnya suasana tersebut.


Tidak lama kemudian hujan pun mulai reda menandakan saya harus berangkat menuju kediaman pak Yon untuk menunaikan niat saya takziyah dikarenakan teman-teman yang lain pun sudah mulai datang satu persatu. Saya pun langsung bergegas dan bersiap-siap berangkat, kebetulan waktu itu saya harus mengikuti intruksi dari temen saya yang harus boncengan dengan si ehem. Hehehheh


Perjalanan pun berlangsung, saya pun harus berhati hati karena si ehem takut dengan kecepatan tinggi. Setelah saya menempuh perjalanan kira kira 180 km, hujan pun harus turun lagi, entah kenapa suasana waktu itu tidak terlalu bersahabat, mungkin karna saya terlalu senang karena merasa boncengan dengan si ehemm, sehingga hujan pun harus turun lagi.


Disisi lain saya juga ada rasa senang dengan turunnya hujan, karena si ehem udah mulai panik dengan hadirnya hujan tersebut, sehingga si ehem pun menyuruh saya supaya agak sedikit menambah kecepatan untuk menghindari hujan yang semakin lebat. keadaan saat itu menyuruhku menjadi spiderman yang harus menjaga semua orang dari kepanikan, tapi aku hanya terfokus pada si ehem. Wkwkw


Sesampainya di kediaman pak yon saya dan si ehem sedikit basah, hujan membuat saya dan si ehem agak sedikit risih dengan kehadirannya karna harus basah dan kedinginan.  Saya pun langsung bergegas bersama teman-teman yang lain untuk masuk kerumah pak Yon, dikarenakan waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 bacaan tahlil pun dimulai yang dipimpin oleh salah satu dari teman kami.


Tahlil pun harus berakhir dengan doa, dan dilengkapi dengan makan-makan yang membuat saya dan salah satu teman saya harus bersaing ketat agar bisa makan lebih banyak dan cukup buat malam hari.


Acara pun berakhir, menandakan saya harus pulang dengan membawa bingkisan yang merupakan salah satu adat madura yang masih dilestarikan sampai saat ini. Waktu udah menunjukkan pukul 17.20. saya langsung mengambil motor dan menunggu si ehem yang masih berjalan santay menuju parkiran, saya pun pulang dengan perut kenyang dan bingkisan yang lumayan banyak.


Di tengah perjalanan, hujanpun harus turun lagi lebih deras dari sebelumnya, dan berhasil membuat saya dan si ehem kedinginan. Sesampainya di pertengahan jalan salah satu motor temen saya mogok karna kehabisan bensin, dan kebetulan disana masih ada saya yang harus membantunya.


Hujan pun makin deras sehingga membuat saya harus berhati hati karena tidak bisa menerobos derasnya hujan, yang membuat mata saya kesakitan. Saya pun harus memastikan si ehem baik baik saja dengan mengantarkannya pulang Sampek rumah, dan saya pun harus minta maaf pada orang tua si ehem karena membuat anaknya harus basah ikut takziyah.


Saya berharap si ehem baik baik saja.hahahahahaha😅😅😅


📝catatan lek boy📝

Di Sudut Ruang Ku Merindu


 


Teruntukku...

Pada hati yang kini, kian nan jauh

Dikala aku tuk merindukan

Sesuatu yang telah hilang pada hari-hariku

Dengan berjuta kisah cerita yang saat itu menepi

Aku tidak tahu 

Seberapa hinanya aku berangan-angan agar aku bisa menggapaimu

Seolah-olah aku mampu menggenggamnya

Walau sebenarnya, segala perihal itu takkan bisa selamanya tuk dimiliki

Padamu dalam sudut ruang ini

Percayalah

Engkau perna ada di dalam terselipnya do'a-do'aku

Walau saat ini ku mencoba melepaskan semua pengharapan itu

Demi keadaan, yang meminta untuk tak lagi bersama 

Padamu dalam sudut ruang ini

Biarkanlah ingatanku selalu menari-nari dalam khayalanku

Walau  ku terisak dalam pengharapan yang tak semestinya ku rindukan.


Di tulis oleh : Wahidah Anggota PMII Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan Angakatan 2020

Gelar Mahasiswa Mau dibawa Kemana



Mahasiswa adalah aset negara yang harus di beri kebebasan bertindak dan berfikir sebagai agen perubahan bagi suatu bangsa, jika mahasiswa tidak harus tunduk terhadap pemerintah yang salah, maka suatu kelak bangsa akan hancur dengan sendirinya.


Ketika seorang mahasiswa di ambang kebingungan dengan gelar yang di sandangkan sebagai nama MAHASISWA, mahasiswa dituntut harus bisa segalanya dan terkadang orang pedesaan menganggap anak yang kuliah adalah orang yang sudah sukses.


Lalu tugas mahasiswa sebagai apa? Apa hanya sekedar mengkritiki pemerintahan atau hanya sekedar ngopi, diskusi bahkan aksi demonstrasi?

Seketika mahasiswa dibenturkan dengan keadaan dan hal-hal yang bukan ranahnya, akan tetapi semua itu harus di hadapi dan jalani karena mahasiswa di tuntut bisa dalam segalanya.


Ijazah bukan lembaran akhir untuk meraih kesuksesan, terkadang orang-orang yang sudah lulus masih kebingungan untuk mencari pekerjaan, lebih na'as lagi terkadang mahasiswa yang sudah lulus jadi pengangguran masih terbolantang banting kebingungan mencari pekerjaan di luar sana.


Mahasiswa yang sudah lulus dengan gelar S1 nya malah kadang nganggur dan itu membuat masyarakat berpandangan sinis dan tak percaya dengan anaknya untuk masuk ke perguruan tinggi.


Hari ini tugas mahasiswa harus mengubah pola fikir masyarakat yang memandang mahasiswa sukses berada dalam perguruan tinggi atu universitas, Karena sesungguhnya mahasiswa berada di perguruan tinggi masih sama-sama belajar meraih mimpi lewat ilmu dan relasi yang ada di luar perkuliahan.


Mahasiswa sebagai Agen Of Change adalah untuk perubahan bagi suatu  bangsa merubah dan mengontrol suatu instansi yang menyalah gunakan jabatan, yang seharusnya dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat jangan sampai disalah gunakan.


Mahasiswa jugak perlu mengontrol semua apa yang tak sesuai dengan jalan aturan yang ada,  Karena mahasiswa mempunyai kebebasan untuk berfikir dan bertindak tanpa harus di kekang atau selalu di tuntut bisa oleh masyarakat.


Sudah selayaknya mahasiswa mengubah pola pikir serta pradikma yang bisa mengakibatkan merosot nya mental kaum intelektual muda, jika hari ini sebegai mahasiswa tidak bisa memberikan perubahan maka berhentilah jadi mahasiswa, karena tugas semua nya harus di bawa dan di sandaran kan atas pundak mahasiswa.


Penutup:

Jika mahasiswa hari ini baik maka perubahan bangsa kedepan akan baik pula, jika mahasiswa hari ini hanya memikirkan kepentingan diri sendiri maka kelak tidak akan ada perubahan yang baik.


Di Tulis Oleh : Malik Anggota PMII Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan Angakatan 2020

Benarkah Ilmu Logika untuk berpikir Rasional ?


 

Saat itu tanggal 19 Desember 2020 kami mengadakan kajian logika bersama sepuluh orang Angkatan kami yang hanya dihadiri oleh delapan orang yang di dampingi senior kami sahabat badrut Tamam. Sekitar jam 10.30 WIB kami pun bergegas memulai kajian itu dengan pembahasan yng pertama yaitu pengertian logika.


Logika berasal dari bahasa latin Logos yang berarti perkataan atau ucapan dan dalam bahasa lain disebut Mantiq yang berasal dari bahas arab nataqa yang berati sabda. Menurut Irving M.copy logika juga di sebut dengan ilmu yang membahas hukum atau metode untuk mengetahui penalaran yang salah ke yang benar, sedangkan Mantiq dalam kamus Munjid disebut hukum yang memelihara hati nurani dari pada berpikir benar. Tidak ada kebenaran yang perlu di bela, tidak ada kebenaran yang absolute selain ilmu matematika. 


Lantas buat apa kita belajar logika jika kebenaran itu tidak absolute? Kebenaran itu relatif benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain. Pun juga sebaliknya benar menurut orang lain belum tentu benar menurut kita. Jadi, dengan kita belajar logika kita bisa meneliti mana penalaran yang salah dan mana penalaran yang benar. Tetapi pada abad ke-2 imam Ibnu shalih dan imam nawawi menghukumi haram karna di khawatirkan orang-orang pada waktu itu tidak mampu akalnya, bahkan jumhur ulama hanya membatasi pada orang yang sehat akalnya dan mampu imannya.


Logika dapat di sistematisasikan menjadi beberapa golongan tergantung bagaimana cara kita meninjaunya. Jika dilihat dari segi kualitasnya logika dapat dibedakan menjadi logika naturalis dan logika artifisialis yang bertugas membantu jalannya logika naturalis dengan cara mempertajam, memperhalus serta menunjukkan jalan pemikiran agar logika kita dapat berjalan dengan teliti, efisien, mudah, dan aman. 


Jika dilihat dari metodenya logika terbagi menjadi dua yaitu logika tradisional dan logika modern, logika ini adalah cara pemikiran Aristoteles pada waktu itu dan pada abad ke-13 muncul lah pemikiran modern yang dimulai sejak Raymundus lullus menemukan metode baru logika yang disebut logika Ars Magna (logika modern). Sehingga jika dilihat dari dari objeknya logika lebih dikenal dengan logika formal dan logika material, nah disini biasanya logika formal lebih condong dengan pemikiran deduktif (umum-khusus) sehingga tidak ada pertengtangan dalam pemikiran dengan menggunakan hukum dan rumus-rumus dalam patokan pikiran benar.


Sedangkan logika material lebih biasanya memakai pemikiran induktif (khusus-umum) karna logika material ini lebih terfokus untuk mempelajari dasar-dasar persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Cabang logika formal disebut juga logika minor sedangkan logika material dikenal sebagai mayor.


Asas asas pemikiran terbagi atau dapat dibedakan menjadi 3. yaitu pertama adalah asas identitas, ia merupakan dasar dari semua pemikiran bahkan pemikiran yang lain, bila kita beri rumusan akan berbunyi: "Bila proposisi ini benar maka benarlah ia".


Kedua ialah asas kontradiksi, asas ini mengatakan bahwa pengingkaran suatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya dan bila dirumuskan berbunyi: "Tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah". 


Asa ketiga asa penolakan kemungkinan, asas ini mengatakan bahwasanya antara pengakuan dan pengingkaran adanya kebenaran terletak pada salah satunya, bila dirumuskan akan berbunyi: "Suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah". Perlu diketahui benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan dan juga tidak ada pertentangan adanya persesuaian yang pertama dan yang kedua.


Pada pembahasan yang selanjutnya kami beralih pada pembahasan ILMU dan PENGETAHUAN. Tahukah anda bahwasanya ilmu dan pengetahuan itu berbeda, namun keduanya tidak bisa dipisahkan. Pengetahuan adalah sebuah keyakinan terhadap sesuatu tanpa adanya pengkajian lebih mendalam. Sedangkan ilmu sendiri adalah sebuah pengetahuan yang kebenarannya sudah di kaji. Seperti contoh misalkan kita mengetahui angka 2 lebih kecil daripada angka 3 dan kita akan membantah (tidak ragu) meskipun ada yang bilang berbeda, namun misalkan ada orang yang kita anggap lebih pintar dari pada kita lalu mengatakan yang bertentangan dengan pengakuan kita. Pada saat itu pula terdapat keraguan pada keyakinan kita, itu belum bisa dikatakan mengetahui karna masih ada keraguan/tidak yakin, dan akan dikatakan ilmu kalau kita sudah mendapat kepastian dan sudah mengkajinya ilmu tersebut.




Ilmu logika mengajarkan kita berfikir rasional dengan konsep-konsep kebenaran yang mutlak.



Di Tulis oleh : Lek Boy 

PANGGIL AKU APEL MERAH

Oleh : Sudi Purnama

 

Pukul 14.17 WIB, aku melewati sebuah gang di daerah Pasar Seninan. Aku memilih memutar mobilku ke kiri daripada belok kanan ke arah gedung baru milik pemerintah kota ini. Aku melaju lurus. Hampir tak ada yang berubah dari jalan ini. Sejak dua tahun aku pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah magisterku di sana, sama sekali aku belum pernah melewati jalan yang pernah menjadi favorit. Berjalan kaki di trotoar di antara penjual-penjual buah yang cukup panjang dan bermacam distro di seberang jalan. Ramai dan hampir menyerupai suasana pasar seninan yang baru saja aku lewati. Dua tahun. haha.


Ketika aku sekolah, setiap pagi dan sore, setiap berangkat dan pulang sekolah aku lewat di jalan ini. Kecuali hari Minggu. Jl. Sidingkap no. 47. Nama tersebut diambil dari nama tokoh lokal di daerah ini. Aku sering menghabiskan malam-malam di tempat ini bersama kawan-kawan kos-ku. Di lapak Pak Sabar dan Bu Zubaida. Pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Mereka menjual buah-buahan pada siang hari, tepat di depan sebuah toko buah milik lelaki Cina di seberang jalan. "Ya, di sinilah tempatnya." Batinku.


Tapi hari ini lapak itu kosong. Apa mungkin mereka sedang pulang kampung? Tidak biasanya mereka pulang kampung di pertengahan tahun. Mungkin mereka ada keperluan keluarga. Aku juga memperhatikan toko buah di depannya, di seberang jalan, milik lelaki Cina itu, tutup. Tulisan nama tokonya di baliho yang tergantung juga sudah nampak pudar. Sepertinya lama tidak ditempati. Tempat itu memberikanku banyak kenangan. 


Aku jadi teringat Laila. Gadis manis dengan alis tebal menyerupai peranakan negara Arab. Wajahnya meneduhkan. Ah, haha... Kenapa aku tiba-tiba ingat dia? Laila. "Awas! uh!" Hampir saja mobilku menabrak perempuan yang mau menyebrang. Jantungku berdebar. Pikiranku tak tenang. Namun dengan cepat aku ambil nafas dan melepaskannya. Aku mulai tenang. Beginilah kalau nyetir mobil tidak fokus. Ada saja yang bakal terjadi. Bukankah ketidak fokusan seperti ini yang kadang membuat orang kecelakaan. Bukan hanya dalam soal menyetir, tapi dalam keadaan dan apapun itu kita harus fokus. Dan kali ini, aku tidak fokus karena ingat Laila. "Laila...," desisku di dalam hati.


Tak ada yang tahu hubunganku dengan Laila, selain Badar, Karib dan Saji teman kos-ku. Tentunya Ummu, teman akrab Laila. Di sekolah kami juga jarang bertemu. Dia anak IPA. Aku IPS. Cukup jauh jarak kelas kami. Tapi aku tak habis akal untuk memberikan Laila kejutan-kejutan kecil, agar hatinya berbunga rindu. Setiap hari Rabu, aku membawakan dia apel merah yang aku beli dari Pak Sabar. Kadang dua buah apel merah, kadang tiga. Bahkan pernah satu buah sengaja saya belah jadi dua. Sebelah untuk Laila. Sebelahnya lagi untukku. Tak ada alasan khusus kenapa aku memilih hari Rabu. Bukan karena hari Rabu adalah hari lahirku. Bukan juga karena hari Rabu adalah hari pertama kita jadian. "Rabu diserap dari bahasa Arab yang artinya empat. Rukun nikah ada empat. Dan menikah merupakan merupakan satu-satunya pembuktian cinta yang sesungguhnya. Aku mencintai Laila, jadi, aku akan menikahinya." Begitu aku berkelakar menjawab ketika teman-temanku bertanya tentang alasan hari rabu, disambut tawa mereka.


Laila tidak pernah tidak menerima apel merah pemberianku. Bahkan dia juga hafal dimana aku membelinya. Pernah sepulang sekolah aku mengajak dia ke tempat Pak Sabar. Sore gerimis itu, menahan kami untuk lama berada di lapak Pak Sabar. Kami bertiga, Pak Sabar, Laila dan aku, terlibat percakapan yang amat renyah sekali. Pak Sabar pengalaman betul soal kehidupan anak muda. Mula-mula dia bercerita saat pertemuan pertamanya dengan perempuan yang hingga sekarang menemaninya. Sampai pada satu peristiwa, yang membuat istrinya harus menanggung keguguran. Tabrak lari. 


"Tapi sebagai lelaki, Dik,..." Pak sabar mengarahkan ucapannya padaku. "Lelaki harus siap menanggung segala risiko jika sudah bersumpah mencintai seorang perempuan di atas sebuah pernikahan. Apapun yang terjadi. Harta, martabat dan kesetiaan harus dijaga. Apapun ya, harus sabar menghadapinya. Kalau aku ya selalu sabar. Namanya saja sudah Sabar." Sambungnya dengan tertawa sambil memilihkan buah apel.


"Kira-kira ya, Pak. Apakah kami cocok jadi suami istri?" Gurauku pada pak Sabar. Aku lihat Laila tersenyum malu. Wajahnya meneduhkan. Aku beruntung memiliki dia. Gadis manis dengan lesung pipi. Lelaki mana yang tidak akan tertarik padanya?

"Bisa iya, bisa tidak." Jawab singkat pak sabar.

"Loh, kenapa begitu, pak?" Kukejar dengan pertanyaan. Pak sabar menghentikan tangannya memilih apel. Aku ditatapnya berwibawa. Tampak rona seorang bapak muncul dari wajahnya.


"Hidup ini adalah rahasia, dik. Yang kita jalani hari ini belum tentu akan kita bawa ke masa depan. Kadang kita akan diuji dengan kehilangan. Kadang pula, kita diberkati dengan adanya ketabahan. Di situlah nilai kita akan dilihat oleh yang Maha Kuasa. Berjodoh atau pun tidak, kalian harus tetap bersyukur. Kalian pernah saling kenal, saling sayang, dan tentunya kalian sudah merasakan apel merah, Bapak." Pak sabar tersenyum. Aku dan Laila tersenyum manggut-manggut.


"Bapak dik, sudah tiga puluh tiga tahun kesepian. Betapa merindukan kehadiran seorang anak, penyejuk jiwa. Kesepian itu Bapak bagi berdua dengan istri Bapak. Lebih-lebih istri bapak, kadang dia merasa paling bersalah karena kecelakaan itu, tiada henti berdoa dan berbesar harapan. Sebab kami yakin, walau pun usia kami sudah tua, suatu hari nanti akan dikarunia anak. Haqqul yakin, kami percaya, hikmah dari al-qur’an yang mengisahkan kisah nabi Zakariya yag dikarunia putra disaat usia beliau yang konon sudah delapan puluh tahun itu. Kisah itu adalah ibrah bagi kami." Imbuh Pak Sabar dengan hati lapang. Gerimis usai. Kami pamit pulang. Tak lupa Pak Sabar memberikan apel merah cuma-cuma kepada kami. Katanya sebagai sedekah.


Sudah pukul 14.55. Aku membawa mobilku ke jalur kiri. Aku parkir di depan sebuah warung. Perjalananku menuju rumah masih satu jam lagi. Sebelum itu, ada baiknya kalau aku mengisi tenaga dulu. Perut sedari tadi berteriak. Tapi, sungguh pucuk dicinta ulampun tiba. Ini nyata. Aku bertemu Karib, kawan kos-ku dulu. Dia sudah selesai makan dan hendak keluar. Aku tahan dia. Aku jabat tanganya. Aku cerca dia dengan pertanyaan sekenanya. “Subhanallah, Karib. Tiada disangka, kita dipertemukan di sini.” desisku lirih.


“Masih suka beli apel merah?” Tanya Karib setengah bercanda. Aku tidak terkejut. Tapi aku tidak bisa menahan bahagia. Aku tidak langsung menjawab pertanyaan dari Karib. Aku balik bertanya keadaan Pak Sabar. Wajah Karib berubah serius mendengar nama Pak Sabar. Aku jadi tambah penasaran. Adakah hal ihwal yang terjadi pada lelaki yang sangat merindukan kehadiran seorang anak itu? Karib memulai cerita. Katanya, Pak Sabar sudah meninggal. Inna lillah! “Menjelang magrib, Pak sabar dibacok orang tak dikenal. Tiga luka di tubuhnya, mengantarkan dia pada kematian.” Karib mempertegas.


Aku tak bisa membayangkan darah merembes dari tubuh Pak Sabar. Bau amis dan merah pekat. Aku juga tak bisa membayangkan, seorang Pak Sabar yang sabar itu, baik, suka menolong, duh iblis mana yang berbuat laknat itu. Tega nian mengahabisi orang sebaik Pak Sabar. “Kurang ajar.” Pekikku.

“Usut punya usut, setelah empat belas hari masa penyelidikan, polisi berhasil meringkus pelaku. Ternyata pelakunya adalah pemilik toko buah di depan lapak jualan Pak Sabar, lelaki Cina itu.” Terang Karib meyakinkan. Aku mengangguk. “Kata polisi, motif pembacokan itu adalah rasa iri hati. Lantaran buah-buahan Pak Sabar lebih laris dari pada milik lelaki Cina itu.” Imbuhnya. Sejak itu kata Karib sebelum pamit pergi karena masih harus ke rumah sakit menjenguk keluarganya, istri Pak Sabar berhenti jualan. Dia pulang kampung. Sementara, toko buah milik lelaki Cina itu ditutup oleh pihak polisi untuk menghindari kejadian berulang. 


Aku tak habis pikir. Takdir yang menimpa Pak Sabar begitu mengenaskan. Semoga yang Maha Bijaksana menerima segala amal baiknya. Cerita Karib masih sangat terasa sampai aku selesai makan. Sampai aku masuk ke mobil. Sampai aku melaju lurus untuk pulang. Mobilku berbelok dan berpapasan dengan mobil truk pengangkut balok-balok kayu. Untung saja, jalan antar kecamatan menuju rumah sudah beraspal. Baunya pun masih hangat tercium. Tidak seperti jalan-jalan yang disiarkan di tivi-tivi. Bahkan ada masyarakat bersama mahasiswa sampai demonstrasi menagih pemerintah memperbaiki jalan beraspal di daerahnya. 


Mobilku menuruni jalan yang tak curam. Setelah melewati jembatan bayangan Laila menyusul ke dalam pikiran. ah Gadis itu, ada di mana sekarang? Ini bukan rasa kangen, melainkan tiba-tiba saja tanpa diundang nangkring di kepalaku, menyertai perjalanan pulangku ke rumah. Terakhir kali aku bertemu Laila, sepekan setelah kelulusan sekolah. Semula, aku tidak menyangka ini bakal terjadi. Saat itu, di kantin sekolah, tiada siapa, hanya kami berdua. 


“Kau kenapa, Laila, akhir-akhir ini terlihat berbeda?” aku buka percakapan dengan melempar tanya. “Rabu kemarin kau tidak masuk sekolah. Terpaksa aku berikan apel merah yang kubawa untukmu ke Bu Amina, guru piket yang sering godain kita itu.” Aku coba menelisik ke dalam diamnya.


“Malam ini aku harus pulang, Ka. Ke Balikpapan. Terkesan mendadak. Tapi ayahku sudah menyiapkan segala sesuatunya. Ada acara keluarga yang penting katanya.” Jawab Laila menunduk. Kemudian menatapku melempar senyum. Manis dan tidak ada yang berubah. “Jaga diri baik-baik, Ka, selama aku pergi. Titip salam pada Karib, Badar dan Saji.” Laila menyodorkan bungkusan yang berisi apel merah seraya pamit pulang duluan. Sejurus aku sendirian. Clingukan. Menunggu kawan-kawan kos-ku selesai dari ruang guru untuk konsultasi kuliah.


Malam itu, dari kamar kos, aku mengira-ngira Laila sudah sampai di bandara. Bahkan sudah setengah jam di atas pesawat. Dari Bandara Juanda Surabaya ke Bandara Balikpapan. Semoga Tuhan yang Maha Baik menjaga perjalanannya dengan keluarganya. Aku lihat bungkusan dari Laila masih mengonggok di atas meja. Aku raih. Aku buka. Tujuh apel merah masih matang-matangnya. Aku ambil satu, dan.... ”Surat?” pikirku heran. Apa maksud Laila menyelipkan surat ini? Aku buka surat itu dan aku tidak pernah menduga sebelumnya. Pada saat itu aku langsung teringat pesan Pak Sabar bahwa hidup adalah rahasia. Dan saat ini, aku menjadi bagian rahasia itu, bersama surat yang ditulis Laila:

 Kailani, lelakiku yang tiada pernah berdusta.


Apel-apelmu telah habis kumakan serta seluruh rindu yang sering kau ucapkan melalui puisi yang dimuat di majalah sekolah kita. Ka, aku minta maaf. Aku pulang ke Balikpapan. Aku akan menikah dengan lelaki pilihan kedua orang tuaku, besok pagi. Tiada harapan paling aku ingin saat ini, selain melihat kebahagiaan di mata kedua orang tuaku. Tiada maksud mematahkan hatimu dari awal sampai hari ini. Melainkan rasa abdiku terhadap kedua orang tua. Bukankah kita sering membicarakan akan membahagiakan orang tua? mungkin ini saatnya bagiku, Ka. 


Dan tentang kita, mungkin sudah rahasia yang Maha Kuasa kita tiada berjodoh. Aku perempuan yang mudah menangis. Untuk itu aku tulis surat ini karena aku tidak ingin menagis di hadapanmu. Aku tahu, itu hanya akan membuatmu bingung dan cemas. Semoga kau paham, Ka. Semoga kelak, kau menemukan perempuan yang menyejukkan jiwamu, meneduhkan hari-hari. Salam maaf, Laila.


Bangkalan, 2013.


 Dadaku hampir sesak membaca kenyataan itu. Hampir aku tidak percaya. Tapi aku harus percaya. Ternyata aku kehilagan seorang yang kucinta. Aku kehilangan orang yang sering memanggilku Si Apel Merah. “Ya, aku kehilangan Laila.” Sesalku membatin.


Pukul 15.30, aku sudah melewati gapura kampungku. Tujuh menit lagi sampai di rumah. Tak sabar rasanya ingin mencicipi masakan ibu. Aku lupa bawa oleh-oleh untuk si kecil, adik perempuanku yang mulai belajar berbicara. Sepanjang perjalanan aku hanya disibukkan memungut kenangan yang tercecer dari masa lampauku. Aku pulang, bu. Sendirian. Tanpa kekasih tanpa calon menantu. Jikalau nanti, ibu bertanya kapan aku akan menikah, aku sudah menyiapkan jawabannya. Singkat dan puitis: Iya, Ibu, aku akan menikah dengan perempuan yang akan kubawa ke rumah ini.


Selesai_

Bercita-cita Untuk Keabadian ! Rayon Sunan Cendana Mengadakan Kelas Menulis.


 

Bangkalan- Kegiatan kelas menulis bagi angkatan 2020 PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), yang diselenggarakan oleh Pengurus Rayon Sunan Cendana yang di laksanakan di Rumah Dinas Cokroaminoto. Minggu. (03/01/2021).


Kegiatan ini dilaksanakan untuk membangun minat anggota baru dalam bidang kepenulisan (junrnalis). Dengan harapan anggota baru dapat menuangkan segala gagasannya dalam bentuk tulisan.


“Ketika kita ingin menjadi sorang jurnalis, kita gampang dalam memahami teori-teori jurnalis. Namun kita akan menghadapi kesulitan di praktek nya, karena kita akan sangat menguras pikiran dan tenaga.” Ungkap Imam Faiqli. Ahad,(03/01/2021).


Imam Faiqli, selaku mantan ketua rayon Sunan Cendana (2017), kini ia menjadi seorang jurnalis disalah-satu media bangkalan. Dan saat ini dipilih menjadi mentor dalam kegitan kelas menulis di rumah dinas DPR, untuk anggota baru itu.


Selain menjelaskan teori-teori yang ada didalam penulisan, ia juga sempat menceritakan pengalamannya saat pertama kali terjun dilapangan jurnalis.


“Menjadi seorang jurnalis tidak hanya menguras pikiran dan tenaga, akan tetapi juga dibutuhkan persiapan mental yang besar.” Ujarnya.


Lalu Kopri Rayon Sunan Cendana, Aini panggilannya mengatakan adanya kelas menulis ini untuk menumbuhkan kreatifitas anggota dalam kepenulisan.


 “Tujuan kami mengadakan kelas menulis ini, untuk melatih calon kader Sunan Cendana agar bisa menulis baik berita ataupun semacamnya dengan baik dan benar.” ungkapnya


Penulis: Heri.id Anggota PMII Rayon Sunan Cendana Angkaatan 2020

Bermaksud Menumbuhkan Kepekaan Organisasi ! Rayon Cakraningrat Gelar Sekolah Managemen Organisasi

 

Sesi penyampaian materi 


Bangkalan - Pengurus Rayon Cakraningrat Komisariat STKIP PGRI Bangkalan mengadakan sekolah manajemen organisasi yang di laksanakan di sekretariat PMII komisariat STKIP PGRI Bangkalan. Minggu (03/01/21).

Acara tersebut dalam rangka memperkuat tali silaturahim antara anggota dan pengurus rayon, mengingat organisasi perlu adanya rasa kekeluargaan untuk menopang keberlanjutan organisasi. 

Ketua rayon cakraningrat. Samsul anwar mengadakan kegiatan sekolah manajemen organisasi, untuk membangun kekeluargaan anggotaan dan pengurus rayon. Agar kedepanya mereka bisa untuk berorganisasi di muka umum.

"Kami bertujuan untuk membangun ke organisasian kekeluargaan pmii rayon cakraningrat. Melalui sekolah manajemen organisasi. Agar mewujutkan kekeluargaan, untuk mewujutkan ke harmonisan organisasi." Ucapnya. 

Selain itu aris munandar selaku kordinator kaderisasi rayon cakraningrat mengatakan, adanya sekolah ini untuk membumikan cinta terhadap organisasi  dengan mengetahui garis-garis kordinasi dan intruksi.

"Selama ini saya melihat kader-kader serampangan dalam berorganisasi, lantaran tidak memahami garis organisasi dan intruksi." Terangnya.

Ares sapaan akrab kordinator kaderisasi  pun berharap kepada anggota baru, agar dalam berorganisasi  senantiasa memperhatikan garis-garis intruksi dan kordinasi.

"Semoga dengan adanya acara ini, anggota baru rayon cakraningrat  bisa menjadi oraganisatoris yang memperhatikan haluan-haluan organisasi." Pungkasnya.


Di tulis oleh : Sinweni Anggota PMII Rayon Cakraningrat Komisariat STKIP PGRI Bangkalan angakatan 2020