Manifesto Pelatihan Kader Dasar ke VI PK PMII STKIP PGRI Bangkalan 2021


Penulis : Hayati salah satu Kader PMII Rayon Sunan Cendana komisariat STKIP PGRI Bangkalan 


Pelatihan Kader Dasar PMII Komisariat STKIP PGRI Bangkalan; Terwujudnya Kader Mujahid yang Progresif dan Berintegritas Serta Mampu Beradaptasi dalam Segala Situasi dan Kondisi. Arosbaya Bangkalan (5-8/8/21).


Pelatihan Kader Dasar (PKD) merupakan sebuah lanjutan atau tingkatan proses kaderisasi formal ke dua bagi anggota PMII yang sudah mengikuti MAPABA menjadi kader PMII, sehingga proses dan pengalamannya menjadi pengetahuan yang sebenarnya guna mendongkrak semangat gerakan-gerakan yang ada di PMII, dan semua ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya sudah tertuang dalam AD/ART organisasi, bahwasanya yang dimaksud dengan kader adalah telah dinyatakan berhasil menyelesaikan PKD dan Follow-Upnya (AD/ART BAB III Keanggotaan).


Dalam Pelatihan Kader Dasar (PKD) ini, terdapat delapan bab materi yang akan dipelajari oleh peserta selama mereka mengikuti pelatihan kader dasar tersebut. Materi-materi yang akan dipelajari antara lain; Aswaja Sebagai Manhajul Harokah, Paradigma PMII, Strategi Pengembangan PMII, Peta Gerakan Islam Indonesia, PMII dan Gerakan Mahasiswa, ANSOS dan REKSOS, Manajemen Aksi, Format Politik dan Ekonomi Negara.


Aswaja merupakan suatu golongan/kumpulan orang yang mengikuti sunah Rasulullah untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Sebelumya, ketika di MAPABA aswaja digunakan sebagai Manhajul Fikr (cara berpikir), dalam PKD ini aswaja digunakan sebagai Manhajul Harokah tanpa menghilangkan Manhajul Fikrnya tadi yang artinya aswaja digunakan sebagai acuan atau cara bergerak dalam organisasi PMII.


“Cara bergerak seperti apa yang dimaksud aswaja sebagai manhajul harokah ini? Yaitu cara bergerak dimana kita tidak melanggar aturan-aturan yang ada, yakni aturan agama dan sosial” pungkas Badrus Soleh.


Selanjutnya adalah Paradigma PMII. Paradigma merupakan cara pandang yang mendasar dari seorang ilmuan. Paradigm tidak hanya membicarakan apa yang harus dipandang, tetapi juga memberikan inspirasi, imajinasi terhadap apa yang harus dilakukan, sehingga membuat perbedaan antara ilmuan satu dengan yang lainnya.


“Paradigma merupakan strategi ilmiah/ suatu ilmu yang dikaji dan diterapkan sebagai acuan untuk mencapai tujuan yang sifatnya ilmiah juga” pungkas Musfikul Khoir.


Pergantian paradigma ini mutlak diperlukan sesuai perubahan dengan konteks ruang dan waktu, sesuai dengan kaidah Taghoyyurul Ahkami Bi Taghoyyuril Azminati Wal Amkinati. Jenis-jenis paradigma yang disinggung dalam pembahasan tersebut antara lain; paradigma arus balik masyarakat pinggiran dan paradigma kritis transformatif.


Paradigma arus balik masyarakat pinggiran muncul dikarenakan restrukturisasi yang dilakukan orde baru telah menghasilkan format politik baru yang ciri-ciri umumnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara kapitalis pinggiran dibeberapa negara Amerika Latin dan Asia.


Paradigma kritis transformatif, prinsip dasar paradigma ini tidak jauh berbeda dengan paradigma arus balik. Titik perbedaannya terletak pada kedalaman teoritik, serta pengambilan eksemplar-eksemplar teori kritis madzhab Ali Asghar Enginer, Muhammad Arkoun, dll.


“Warga pergerakan harus mempunyai pemikiran yang kritis dan transformatif, artinya kita tidak hanya bisa mengkritik suatu permasalahan saja tetapi kita juga harus bisa memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut” pungkas Musfikul Khoir.


Selanjutnya adalah strategi pengembangan PMII. Strategi adalah cara yang harus dilakukan untuk memobilisasi kekuatan. Dalam upaya memberikan strategi pengembangan yang jitu dan berpengaruh besar terhadap public adalah dimilikinya berbagai sandaran pendukung yang memadai. 


Kekuatan atau produk apapun yang dipunyai oleh suatu institusi atau komunitas tertentu tidak akan mampu mengalir ataupun tertransformasikan kepada sasaran tanpa adanya sosialisasi. Berbicara mengenai sosialisasi ada beberapa perangkat yang dibutuhkan, antara lain; tersedianya SDM yang berkualitas, adanya struktur yang kuat dan adanya strategi serta taktik.


“Dalam strategi pengembangan diorganisasi, ada beberapa pengembangan yang harus dilakukan antara lain; pengembangan ideology gerakan, desentralisasi gerakan, fungsi pengadministrasian, menghargai kompetisi dan konflik serta pemanfaatan TIK” pungkas Moh. Adam.


Selanjutnya adalah Peta Gerakan Islam Indonesia. Munculnya fenomena pemahaman keislaman yang sangat beragam, tentunya memiliki latar belakang kemunculannya, batasan dan ciri-ciri dari masing-masing gerakan pemikiran islam yang muncul di Indonesia. Corak pemikiran gerakan islam kontemporer di Indonesia antara lain; Islam Fundamentalis, Islan Neo-Tradisionalis, Islam Neo-Modernis, dan Islam Liberal.


Islam fundamentalis merupakan gerakan atau paham yang bertumpu pada ajaran mendasar dalam Islam, terutama terkait dengan rukun Islam dan Iman. Ciri-ciri dari Islam fundamentalis antara lain; sikap dan pandangan mereka yang radikal, militan, berpikiran sempit, bersemangat secara berlebihan atau bahkan dalam mencapai tujuannya dengan memakai cara-cara kekerasan.


Islam neo-tradisionalis disebabkan oleh munculnya kelompok tradisionalis. Menurut Abudian Nata, kelompok ini awalnya ditujukan kepada mereka yang berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun kemuidan juga ditujukan kepada mereka yang berpegang pada produk-produk pemikiran para ulama yang dianggap unggul dan kokoh dalam keilmuan fiqh, tafsir, teologi, tasawuf, lughah, ushul fiqh dan lainnya.


Islam neo-modernis, mempunyai tujuan membawa Islam kepada agama yang berkemajuan. Gerakan Islam modernis ini muncul dalam rangka menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tenologi modern.


Islam liberal, istilah tersebut muncul ketika Greg Barton menyebutnya dalam bukunya “Gagasan Islam Liberal di Indonesia” pada tahun 2001. Gerakan Islam liberal ini tentu saja banyak mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, terutama bagi mereka yang ingin tetap menjaga ajaran Islam dari pengaruh paham-paham barat yang cenderung liberal dalam memahami teks agama. Pemikiran Islam liberal sudah dianggap menodai ajaran Islam, karena kitab suci dianggap sebagai produk budaya, sehingga sakralitasnya pun menjadi nihil.


Selanjutnya adalah ANSOS dan REKSOS. Analisis Sosial merupakan usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis, structural dan konsekuensi masalah.


“Analisis sosial merupakan usaha untuk memperoleh gambaran lengkap secara historis maupun structural. Problem sosial terjadi karena adanya das sein (keharusan) dan das solen (kenyataan). Sedangkan REKSOS merupakan suatu langkah untuk menginterfensi dalam mengubah perubahan” pungkas Nur Hakim.


Ruang lingkup ANSOS antara lain; masalah-masalah sosial ( kemiskinan, pengangguran, dll.), sistem sosial (tradisi budaya, usaha kecil atau menengah, dll.), lembaga-lembaga sosial ( sekolah, layanan rumah sakit, lembaga pedesaan,dll.) dan kebijakan public ( dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU, dll.).


“ANSOS secara antalogis (hakikat) digunakan sebagai refleksi/pantulan. ANSOS secara epistimologis (kerangka berfikir) digunakan sebagai nalar teoritis yaitu tidak lepas dari teori, dan ANSOS secara psikologis digunakan sebagai kacamata” pungkas Hakim.


Untuk menganalisi suatu problem sosial ada beberapa langkah yang harus dianalisis, antara lain; memilih dan menentukan objek, pengumpulan data, analisis masalah, mengembangkan presepsi dan menarik kesimpulan. 


“Korelasi antara ANSOS dan REKSOS yaitu ANSOS melihat problem (aktif) kemudian langkah konkrit untuk menginterfensi dibutuhkan REKSOS” pungkas Hakim.


Selanjutnya adalah PMII dan gerakan mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang menyandang predikat agen perubahan sosial. Statusnya yang tinggi berkonsekuensi pada suatu tanggung jawab yang sangat besar. 


Sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia; era pra kemerdekaan, era kemerdekaan dan era orde baru. Pada era pra kemerdekaan terdapat dua gerakan yaitu gerakan 1908 dan gerakan 1928. Pada era kemerdekaan terdapat gerakan 1945 dan gerakan 1966. Sedangkan pada era orde baru terdapat gerakan 1974, gerakan 1977-1978 dan era reformasi tahun 1998.


Selanjutnya adalah manajemen aksi. Manajemen aksi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengatur suatu massa aksi agar tetap terkoordinir dan sesuai dengan rencana dan target awal hingga mencapai hasil yang diinginkan.


Aksi massa adalah suatu metode perjuangan yang mengandalkan kekuatan massa dalam menekan pemerintah atau pengusaha untuk mencabut atau meberlakukan kebijakan yang tidak dikehendaki massa.

“aksi merupakan segala bentuk perjuangan seperti audiensi, kajian, dll.” Pungkas Moh. Ikhsan.


Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan aksi antara lain; persiapan, isu/tuntutan, prakondisi aksi, perangkat aksi massa (koordinator umum, koordinator lapangan, wakil koordinator, divisi acara, orator, humas dan jaringan aksi, negosiator, mobilisasi, kurir, advokasi, aster, logistic dan medical recue, dokumentasi, sentral informasi), kelengkapan aksi massa ( poster, spanduk, selebaran atau press realse, pengeras suara, pernyataan sikap), nama komite aksi/organ taktis, evaluasi, aturan hukum, teknik orasi.


Selanjutnya adalah format politik dan ekonomi Indonesia. Negara kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur seluruh daerahnya ada ditangan pemerintah pusat. Sedangkan negara federal (serikat) adalah negara bersusun jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat.


“Politik di Indonesia masih bersifar elit. Untuk menjadi politik nasional harus elit politik, harus pengusaha, jangan jadi rakyat dan jangan jadi mahasiswa” pungkas Buyung Pambudi.


Sedangkan sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. 


Sebuah sistem ekonomi terdiri atas unsur-unsur manusia sebagai subjek; barang-barang ekonomi sebagai objek, serta seperangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalinnya dalam kegiatan berekonomi.



PURA-PURA MERDEKA

Foto saat simulasi aksi PKD

 

Penulis: Malik Q.S

Perjalanan Indonesia untuk meraih kemerdekaannya tidak lepas dari para pejuang-pejuang bangsa, mulai dari perlawanan para raja sampai pahlawan nasional. Salah satu kerajaan yang mengusir penjajah Portugis adalah kerajaan Mataram yang diperintahkan oleh Sultan Agung, pada 22 Agustus 1628. Pahlawan nasional yang mengusir penjajah dari Indonesia adalah Pangeran Diponegoro, perlawananya mengusir Penjajah Belanda pada tahun 1825-1830, yang dikenal dengan perang Diponegoro, dan masih banyak lagi pahlawan nasional Indonesia. Pahlawan nasional Indonesia adalah pencetak sejarah di bumi Nusantara, dan seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa sejarah adalah guru kehidupan. Idealnya yang disampaikan kepada seluruh anak bangsa dan umat manusia adalah kiprah para tokoh perjuangan yang memiliki kontribusi dalam mengantarkan Indonesia menuju gerbang kemerdekaan, walaupun banyak nyawa yang harus dikorbankan untuk kemerdekaan


Apa kabar Indonesia, sudah-kah engkau merdeka? Jika iya, lalu bagaimana dengan kondisi yang demikian, bangsa kita tetap mampu mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka dan maju? 


Tujuh puluh lima tahun Indonesia merdeka proklamator bangsa Ir. Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan yang bukan diberikan bangsa asing sebagai hadiah, melainkan kemerdekaan yang diperoleh dengan penuh perjuangan tumpah darah, air mata, nyawa, dan harta yang tak ternilai harganya. Pembacaan naskah proklamasi oleh Ir. Soekarno yang didampingi Moh. Hatta merupakan momentum yang menandai pernyataan sikap bangsa indonesia untuk lepas dari penjajahan yang menguasai negeri ini. Saat ini Indonesia merdeka sudah mencapai usia 76 Tahun lamanya, namun sampai saat ini masih jadi belenggu atau hanya sebagai simbol bahwa sudah merdeka, tetapi masyarakat di dalamnya belum menyaksikan kemerdekaan yang murni. Pada kenyataanya, hanya menyaksikan hiruk-pikuk sosial politik, sehingga panggung politik semakin panas dan berimbas pada masyarakat bawah. 


Pada hari Selasa, 17 Agustus 2021. Indonesia merayakan hari kemerdekaanya, namun sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pada tahun ini Indonesia sedang dihadapkan dengan kondisi bencana non alam yang dikenal dengan sebutan Covid-19. Virus Corona (Covid-19) adalah virus yang mematikan sehingga dapat menyebabkan masyarakat ketakutan. Kondisi ini dapat mempengaruhi banyak hal seperti kesehatan, psikologi, sosial dan ekonomi masyarakat.


Apa kabar negaraku Indonesia? Kian hari, kian banyak menghadapi permasalahan. Permasalahan negara yang muncul dari berbagai sektor. Mulai dari perpolitikan, pemerintahan, gejolak hukum masyarakat, ekonomi sampai konflik-konflik sosial. Hal ini membanjiri hampir seluruh daerah di Indonesia. Situasi semakin gamblang menggambarkan polemik kebangsaan berdasarkan fakta dan peristiwa yang ada di lapangan. Seperti kasus kekerasan seksual terhadap anak, pemalsuan obat dan vaksin, serta korupsi bantuan sosial dan banyak lagi kasus korupsi yang belum tedeteksi oleh media massa.


Pada saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi, masa seperti ini bukan saatnya kita saling menyalahkan, melainkan bagaimana kita sebagai rakyat bangsa Indonesia, saling bergandengan tangan untuk mengatasi keadaan krisis ini. Bangsa indonesia tentunya untuk menghadapi ini, perlu perjuangan yang tidaklah mudah. Bangsa Indonesia harus mempunyai strategi untuk menghadapi segala tantangan termasuk ujian pandemi Covid-19 ini. Jika dulu bangsa Indonesia harus berjuang melawan penjajah yang ingin menguasai bangsa dengan senjata, maka saat ini indonesia harus melawan pademi ini dengan strategi yang berbeda. Hingga, kesehatan dan jalannya usaha tetap terjaga, karena penjajah saat ini bukan berbentuk manusia melainkan penjajah kali ini berupa virus yang sangat berdampak luar biasa bagi rakyat Indonesia. Bukan hanya nyawa yang menjadi korban, tetapi juga lapangan pekerjaan dan kegiatan perekonomian pun menjadi korbannya. Namun pandemi bukanlah alasan untuk menghambat terwujudnya sebuah cita-cita bangsa. Saat ini harus dijadikan momentum yang tepat untuk berbenah atau memperbaiki sistem yang ada sebelumnya.


Indonesia sejauh ini masih belum bisa dikatakan sampai pada titik kemerdekaan, karena masih banyak masyarakat yang tertindas dengan aturan dan kebijakan yang ada. Sejatinya kalau kita lihat dalam Pancasila, yaitu sila kelima: “Keaadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Namun kenyataannya rakyat Indonesia masih takut bahkan terkutuk dengan segala aturan dan kebijakan pemerintah. Aturan yang ada hanya menguntungkan bagi para pemangku kebijakan. Seperti contoh aturan atau kebijakan yang dikeluarkan saat ini masih banyak bertentangan dengan masyarakat mulai PSBB, hingga PPKM mikro, PPKM darurat, PPKM level 4 dan entah apalagi nama aturan yang akan muncul berikutnya. Kemerdekaan yang sesungguhnya ialah saat bangsa terbebas dari segala konflik politik dan maju dari berbagai sektor-sektor penting dalam bangsa ini.


Indonesia harus bangkit dari keterpurukan. Meskipun terkadang perbedaan disetiap kalangan mulai dari ras, suku, dan budaya. Masyarakat Indonesia masih tetap disatukan dalam Pancasila dan dalam genggaman burung Garuda “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi simbol demokratis negara. Namun nyatanya masih banyak yang tidak sesuai dengan hasrat pokok Pancasila. Maka dari itu terwujudnya bangsa merdeka dan maju, jika seluruh elemen bangsa mau bersatu, optimis, dan percaya diri. Sebagai bangsa Indonesia yang demokratis hendaknya bisa menjadikan kita semakin bersatu dalam keberagaman semangat gotong royong dalam berjuang agar menjadi modal bangsa untuk menyongsong cita-cita Indonesia. Dengan adanya tulisan ini hendaknya cukup bisa dijadikan landasan dalam setiap langkah dan tindakan para pemangku kebijakan dalam menghadapi tantangan keberlanjutan pembangunan bangsa yang merdeka.





BANGKITLAH PEMUDA INDONESIA

 

Foto ilustrasi Wiji 


Penulis: Wiji_sin

Pada 17 Agustus 1945, Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia didampingi oleh Bung Hatta. Pesan kemerdekaan berkumandang melalui berbagai media pada seperti radio, surat kabar, bahkan dari mulut kemulut. Namun, penjajahan di Indonesia belum berakhir sepenuhnya. Tepat pada bulan September 1945 tentara Belanda mendarat di Indonesia. Belanda pun mengabaikan kemerdekaan Indonesia. Mereka mengibarkan bendera Belanda di Surabaya tepatnya di Hotel Yamato. Rakyat Surabaya pun geram dengan hal itu hingga pada tanggal 10 November, hari di mana  pada saat itu sangatlah bersejarah bagi bangsa Indonesia, tokoh yang selalu teringat dalam pikiran kita adalah sosok pahlawan Indonesia yaitu Bung Tomo. Bung Tomo telah berhasil menarik pemuda melalui pidatonnya sehingga bisa memberikan semangat nasionalisme terhadap para pemuda Indonesia (Surabaya dan sekitarnya) untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kita sudah dihadapkan dengan dua pilihan: “merdeka atau mati”. Jenderal Soedirman juga pernah berkata “Percaya dan yakinlah bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa, harta, dan benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapa pun juga”. 

Saat ini Indonesia merdeka telah tepat tujuh puluh enam tahun lamanya, dan  para pahlawan serta pemuda Indonesia telah berhasil dalam membangun bangsa menjadi bangsa yang makmur. Kemudian, kini sudah saatnya bagi generasi muda bangsa Indonesia untuk terus bersatu dan membulatkan tekad kuat membangun Ibu Pertiwi. Perjuangan para pahlawan yang telah mendirikan bangsa Indonesia haruslah dimaknai dengan sepenuh jiwa, dan kita generasi muda harus menjaga betul peninggalan para pahlawan dan penerus bangsa seharusnya memiliki semangat yang terus berkobar untuk saling bahu-membahu menjaga tanah air tercinta.

Dengan adanya hari pahlawan menjadi semangat bagi pemuda jika ingin negara kita dihargai oleh bangsa lain, maka selaku generasi penerus harus mampu menghargai bangsa sendiri dengan mengisi kemerdekaan dalam bentuk karya nyata dan prestasi diri yang telah diraih oleh pemuda juga harus mampu berada pada garda terdepan untuk menjadi pemersatu bangsa Indonesia. Di tengah meningkatnya intoleransi antara sesama masyarakat Indonesia. Sosok pahlawan sekarang yang kita butuhkan mempunyai kriteria pemuda yang berintelektual untuk bisa menghadapi carut-marutnya negara kita sendiri.

Bangunan intelektual sepertinya bukan menjadi harta yang dibanggakan. Anak muda kemudian hanya tumbuh dan hidup di bawah bayang bayangan hegemoni budaya populer. Masih ingat, bintang emon yang trending beberapa waktu lalu? anak muda penggiat stand up komedi ini, mengkeritik kepolisian yang dianggap gagal melakukan keadilan hukum terhadap Novel Baswedan. Dikarnakan budaya populer belum akan memberikan dampak apapun terhadap kekuasaan yang otoriter. Kekuasaan yang munkin dianggap gagal dan masih bertahan. Begitulah karakteristik budaya papuler hanya trending sementara lalu hilang digantikan oleh budaya lain. 

Maka dari itu para pemuda memang berperan penting dalam kemajuan suatu negara, bahkan Bung Karno pertna mengatakan “beri saya 10 pemuda akan ku guncangkan  dunia”. Sebagai pemuda harus mempunyai semangat berubah suatu negara lebih maju lagi. Seperti halnya yang menyikapi perkembangan yang terjadi di dunia selalu mengambil sisi positif dari setiap yang ada meski berbeda serta meninggalkan sisi negatif. Pemuda harus selalu memiliki semangat jiwa perubahan untuk membangun negara Indonesia yang mandiri tetap bersatu dan damai walaupun berbeda ras, suku, agama, dan budaya itu bukan alasan untuk dapat berpikir rasional. Demokratis tetap kritis dalam menuntaskan segala yang ada di negara kita.

Banyaknya permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini. Kekurang kepastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depan. Sejauh ini belum seimbang antara jumlah generasi pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun nonformasi. Tingginya jumlah putus sekolah karena berbagi sebab, bukan hanya merugikan generasi muda sendiri tetapi juga merugikan seluruh bangsa. Terjadi peningkatan jumlah golongan pemuda yang putus sekolah, hal ini juga berdampak pada perubahan pola pikiran dan minat pemuda yang lebih memilih mencari lapangan pekerjaan, hingga rela merantau dari desa ke kota. kekurangan lapangan pekerjaan serta mengakibatkan meningkatnya pengangguran dikalangan generasi muda, berkurangnya prokduktivitas dikalangan masyarakat khususnya kaum pemuda. Ada pun, perwakilan organisasi kaum muda tersebut bergerak dalam pilihan peran pemuda dengan  batalion yang memiliki berapa misi mulai dari pemetaan kasus dan kondisi implementasi kebijakan efektif di daerah.

Pada saat ini kita digencarkan dengan adanya virus corona yang sudah menyebar ke mana-mana bukan hanya di Indonesia tetapi seluruh dunia. Oleh karena itu masyarakat harus siap dalam memhadapi Covid-19 yang menyebar pada tanggal 26 Oktober 2020 lalu. Pada saat ini penyebaran Covid-19 menjadi kegelisahan dan kekhawatiran bagi banyak kalangan masyarakat, meski pemerintah sudah mengambil berbagai langkah strategi. Peran pemuda untuk memaparkan data yang menunjukan kaum pemuda Indonesia peduli dalam mencegah penyebaran covid 19. Hasil tersebut diperoleh melalui jejak pendekatan kepada masyarakat bentuk partisipasi yang diberikan melalui bantuan berupa masker, vitamin, obat-obatan dan lain sebagainya untuk keselamatan bangsa. 

Sebagai generasi muda penerus bangsa harus mengatasi ketertinggalan posisi indonesia tersebut sukses atau tidaknya pemuda Indonesia harus bangkit menghadapi persaingan ini. Untuk menjamin regenerasi bangsa menuju yang lebih berkualitas dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan yang mempunyai kontribusi penting. Aspek pendidikan akan meningkatkan kemampuan dan kompetesi para pemuda sementara itu aspek kesehatan akan menjamin bahwasanya usia generasi muda menjadi lebih panjang dan lebih semangat untuk mengabdi kepada bangsa Indonesia. Hal tersebut tentunya sebagai wujud membangun jiwa nasionalisme dan mencintai Tanah Air Indonesia, memang perlu ditanam melalui proses pendidikan.