Pada sela-sela sepi, aku titip namamu
Ibarat waktu, aku sudah menjelma jadi batu
diseberang jalan hujan bertandang menyeruakkan pada rintih dan rintik kenangan
menghadirkan kau pada aksara kenistapaan dan membawaku lebih dalam menyusuri jalan kematian
Padahal kematian itu menjelma tangis sendu lelaki berpayung hujan.
Hai puan !
Setiap namamu aku sebut
sabit redupmu membunuhku pada kesepian
bukan hanya rindu, bingung bahkan keterjatuhan
Aku ditumbuhi beberapa duri yang tak hentinya menikam sepi. Kepada kenistapaan aku berkata ; adakah nirwana apabila semuanya jahannam pembantaian?
ah sudahlah semuanya perihal aku dan sepi yang tiap harinya bertentangan.
Sepi ... resapi hidup abadi
sampai aku dibawa pada kematian itu sendiri.
Bangkalan,30,11,2021
Oleh : RJ.MIN Anggota Rayon Cakraningrat Komisariat STKIP PGRI Bangkalan 💙💛
Tidak ada komentar:
Posting Komentar