Perempuan dan Pendidikan

 

Foto Dok. PenulisOpini.

                     

Organisasi PMII. Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia merupakan organisasi ekstra kampus yang mencari solusi agar Indonesia lebih maju kedepannya, terutama yang berkaitan dengan masyarakat awam bagaimana kita bisa mengubah pola pikir mereka tentang pendidikan, khususnya pada kaum perempuan, yang mana banyak orang tua melarang anak perempuannya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, karna menurut mereka pendidikan tidak begitu penting, mereka hanya mementingkan anaknya mengahasilkan banyak uang, karena dengan begitu mereka di bilang. Dan para orang tua terjebak oleh pradigma yang seperti itu, apalagi mereka punya pemikiran yang sangat sulit untuk di rubah seperti,
"Perempuan maskipun berpendidikan tinggi pasti pada akhirnya kembali lagi ke dapur, kasur dan sumur". Nah, disitu hadir yang namanya organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) yang berusaha untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwasanya perempuan juga bisa setara atau berperan sama halnya laki-laki.

Secara garis besar pendidikan sekarang di bangkalan khususnya yang ada di ruang lingkup pedesaan tidak begitu penting bagi mereka, maka dari itu organisasi PMII pergerakan mahasiswa Islam Indonesia sangat berperan untuk bisa mengubah pola pikir tersebut, apalagi tanggung jawab mahasiswa sebagai agen perubahan.


Ada dua objek yang akan penulis sampaikan.

Pertama, tentang pendidikan yang sebagian masyarakat tidak mau menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi apalagi pada zaman modern ini yang mayoritas orang lebih mengedepankan uang dari pada pendidikan dengan beberapa keluhan, diantaranya; "kalau terus berpendidikan kapan dapat uang/sukses, mending bekerja dapat uang banyak dan tidak merepotkan orang tua". Ada juga yang ingin anaknya melanjutkan ke perguruan tinggi tapi terkendala oleh ekonomi yang biasanya orang tuanya berkata "Utuk dimakan saja sulit apalagi untuk biaya kuliah". Kira-kira seperti itu kalimat yang disampaikan oleh salah satu orang tua tetangga saya. 

Mengapa masyarakat punya pemikiran begitu? Karna kita sebagai mahasiswa tidak melakukan yang namanya pengayoman/pendekatan dan pengenalan kepada masyarakat. 

Kedua, tentang Mahasiswa. Mahasiswa sekarang sudah jauh berbeda dengan mahasiswa dahulu, mahasiswa dahulu ketika berprofesi sebagai mahasiswa mereka akan betul-betul berproses, baik di akademik maupun non-akademik. Mereka juga membuktikan bahwa proses mereka tidak mengecewakan ketika sudah lulus menjadi Sarjana, beda halnya dengan mahasiswa sekarang yang profesinya sebagai mahasiswa hanya sekedar formalitas. Mahasiswa sekarang lebih mengedepankan gaya hidup di bandingkan kebutuhan hidup, ketika ke kampus hanya gaya-gayaan, bersepatu, berseragam dan berdasi. Mereka lupa tuajuan utama kuliah padahal tujuan utamanya adalah berproses, membawa perubahan pada dirinya khususnya dan kepada sekitarnya pada umumnya. Sehingga ketika mereka lulus menjadi sarjana mereka kebingungan mau bekerja apa, melamar kerja kemana-mana tapi di tolak dari situ penyelan tiba pada dirinya.

Nah, ini yang menjadi daya minat masyarakat berkurang menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi, karna disitu pendidikan dan mahasiswa tidak mencerminkan hal-hal yang positif bagi mereka, apalagi pada era sekarang pendidikan di sertai dengan politik yang katakanlah mematikan. Seperti mendaftar biaya siswa, kita harus punya orang dalam, tidak ada orang dalam ditolak biasiswa, lulus biasiswa di bagi dua dengan orang dalamnya. Ini sangat parah, padahal menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.  

Dan mahasiswa Menurut Kartono dalam (Ulfah, 2010). Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain : Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegansi.

Tapi sekarang tidak lagi seperti itu, Pendidikan dan mahasiswa tidak sesuai dengan harapan masyarakat, dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang katanya ingin mencerdaskan anak-anak bangsa saya rasa sudah kadaluarsa.


Seharusnya mahasiswa ini memberikan ide-ide nya kepada masyarakat menyadarkan masyarakat bukan malah menjadi provokator masyarakat atau menjadi pemecah belah masyarakat.

Penulis. Abdurrahman

 Kader PMII Rayon Sunan Cendana STKIP PGRI Bangkalan.

Editor. Rifani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar