Eksistensi Identitas Kaderisasi PMII Bangkalan

Oleh: Badrut Tamam

Opini- Organisasi yang terlahir karena keresahan kaum nahdliyin NU pada masa orde baru akhirnya bisa terdeklarasi dan hadir ditengah-tengah rakyat Indonesia untuk mendiskusikan negara, mencari solusi yang terbaik bagaimana Indonesia lebih maju kedepan. Ekspansi pengurus besar PMII kesetiap penjuru Indonesia membawa angin segar bagi mahasiswa Bangkalan khususnya, karena seiring berkembangn pesatnya PMII, akhirnya kabupaten Bangkalan tersentuh dengan mendeklarasikan organisasi PMII yang bertujuan bermanfaat pada masyarakat.

Secara garis besar organisasi keislmaan yang berafialisi NU, lahir dari tubuh NU, dan mengadopsi ideologi (pemikiran) NU yaitu Ahlusunnah Waljamawaah, tentu sangat jelas gerakan dan landasaran berpikirnya tidak jauh dari tubuh NU, meski terkadang PMII sedikit cengkal dengan gerakan-gerakan ke NU an nya, dengan nalar kritisnya yang tidak bisa dibendung oleh kaula tua NU, ya namanya juga penghuni PMII mayoritas pemuda, ada yang lebih ke paham kiri ada pula yang ke paham kanannya.

Di kabupaten Bangkalan mayoritas masyarakatnya menganut NU, hampir terjaring kesetiap desa, begitu pula dengan PMII organisasi mahasiswa sudah menduduki delapan kampus dikabupaten Bangkalan. apabila kita akumulasikan kader PMII, HMI, GMNI, dan IMM, tentu kader PMII terbanyak di kampus se kabupaten  Bangkalan.

Tentu hal tersebut menjadi kebanggan tersendiri bagi para senior PMII yang bersusah payah mendeklarasikan dan merawat PMII sehingga PMII bisa melakukan ekspansi kedelapan kampus di kabupaten Bangkalan. Dalam sejarah cerita senior, PMII sering melakukan demonstrasi, bentrokan dengan aparat negara sudah menjadi hal biasa bagi kader PMII. sehingga PMII mampu merealisasikan konsepnya dengan bentuk fisik melalui bantuan pemerintah kabupaten Bangkalan, yaitu pembangun posko terpaku rute akses Surabaya-Madura.

PMII yang notabennya organisasi kaderisasi seringkali dikatangan oleh pengurus PMII, setiap saya (khususnya kader PMII), mendengar sambutan para pemimpin PMII di Bangkalan pada saat memberikan sambutan dalam acara selalu mengatan "PMII adalah organisasi kaderisasi" begitulah kira-kira perkataannya, tapi setalah saya masuk dan mengikuti setiap kegiatannya, memang benar bahwa PMII adalah organisasi kaderisasi.

Genap satu tahun lebih saya berproses di PMII, banyak menemukan aneka ragam pola gerakan, melalui gerakan sosial atau literasi. tetapi yang belum saya temui lebel PMII di Bangkalan atau identitas PMII di Bangkalan, sehingga apabila keluar ke kabupaten lain, orang lain mengatakan bahwa PMII Bangkalan dikenal dengan kader kuat secara literasi atau kader kuat secara gerakan sosial, dengan hal itu identitas PMII yang dikenal dengan organisasi kaderisasi tuntas menghasilkan kader yang fokus dalam satu muara sesuai paradigma PMII yang di bangun di kabupaten Bangkalan.

Poblem seperti diatas memang sangat kecil,  jarang dipikirkan oleh elemen pengurus tingkat Cabang hingga Rayon, tapi jika tidak diselesaikan maka hasil dari proses kaderisasi akan beraneka ragam, bisa jadi semuanya tidak didapat karena titik fokusnya tidak ada. Walau PMII dikenal dengan organisasi pergerakan membangun konstruksi pemikiran kader sangat diperlukan, semisal peduli pada masyarakat, supaya pada saat melakukan audensi atau demonstrasi, semua kader PMII respon.

Sejauh pandangan saya selama satu tahun lebih mengikuti organisasi PMII belum menemukan 80% dari setiap komisariat respon terhadap gerakan sosial pengurus Cabang. Sehingga dapat kita nilai bersama, bahwa kaderisasi pengurus Cabang PMII Bangkalan gagal membangun titik fokus terhadap kaderisasi gerakan sosial.

Sedangkan dilihat dari kaya literasi berbicara dengan referensi, hanya dapat dihitung dengan jari. Belum pernah saya temui kader PMII kabupaten Bangkalan menguatkan perspektifnya dengan referensi, sehingga setiap perkataannya hanya merupakan spekulasi.

Perlu kiranya dirumuskan titik fokus kaderisasi di kabupaten Bangkalan sehingga simbolis PMII Bangkalan dikenal oleh kabupaten lain, bisa jadi kabupaten lain akan belajar nantinya terhadap PMII Bangkalan.

Dalam merumuskan identitas konsep kederisasi ada dua poin yang ingin saya paparkan pertama kolaborasi ke setiap komisariat dan rayon, kedua mendatangkan orang kompeten untuk meluruskan metode yang tepat bagaimana menumbuhkan titik fokus kaderisasi tingkat Cabang.

Metode teknis merealisasikan poin pertama tersebut, gerak kan semua pengurus cabang untuk membangun persepsi disetiap rayon dan komisariat, setelah terjalin komunikasi dengan tujuan yang sejalan kembangkan misi pertama, yaitu titik fokus pola kaderisasi. Hal ini sangat berkaitan dengan teori antonio gramsci "Hegemoni" dalam melancarkan hegemoni terlebih dahulu harus melakukan penyatuan ideologi - negosiasi - hegemoni. Dengan ini hegemoni massa akan tercapai, begitu pula melakukan hegemoni untuk kader PMII Bangkalan tidak jauh beda dengan konsep hegemoni gramsci.

Teori antoni gramsci kerap kali dipakai untuk menghegemoni rakyat italia, sampai sekarangpun buku-bukunya banyak diterjemahkan oleh negara lain, saya rasa presentase keberhasilan untuk melancarkan pola kaderisasi di kabupaten Bangkalan dapat berkiblat atau mengadopsi teori antonio gramsci.

Sedangkan yang kedua, dalam merumuskan identitas suatu kelompok, belajar pada daerah lain dapat menjadi solusi, karena bisa dijadikan barometer bagaimana local wisdom Bangkalan sebenarnya sehingga dapat disinkronkan dengan daerah tersbut. Kalau perumusan pancasila dulu kebingungkan kemana akan berkiblat untuk merumuskan konsep ideal Indonesia, PMII yang hanya mencari kemana titik fokus kaderisasi Bangkalan jauh berbeda dengan pencarian jati diri Indonesia, cukup berkiblat dengan Surabaya atau Malang (orang gerakan sosial) atau Jogja (kota sejuta literasi). Maka identitas kelompok harus dibangun karena akan menjadi simbolis oleh kelompok lain.

*) Penulis adalah kader aktif Rayon Sunan Cendana Komisariat STKIP PGRI Bangkalan

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق