Tapak Tilas Makam Syekh Zainal Abidin Sunan Cendana


 


Pengurus Rayon Sunan Cendana Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat STKIP PGRI Bangkalan mengadakan ziarah ke makam syekh Zainal Abidin (Bhuju' Cendenah Kwanyar). Dalam hal ini diikuti oleh pengurus Komisariat, pengurus rayon serta angkatan 2019. Ziarah ini dilakukan untuk bertawasul kepada Allah serta memperkenalkan kepada anggota MAPABA 2020 bahwasanya nama Rayon yang diambil dari nama Sunan Cendana.


Ziarah ke makam Syekh Zainal Abidin dilakukan rutin tiap tahun dengan pengurus serta anggota baru (Alumni MAPABA). Hal ini untuk mengenang dan mempererat ikatan emosional dengan makam-makam para wali yang ada di pulau Madura.


Tak menyia-nyiakan waktu kami langsung bertemu dan berbincang santai dengan juru kunci Syekh Zainal Abidin, yakni H. Abd Hadi kami pun langsung bertanya-tanya tentang awal kedatangannya Syekh Zainal Abidin di pulau Madura.

Beliau mengatakan "Tak lain dan tak bukan Syekh Zainal Abidin salah satu murid Sunan Ampel (Raden Rahmat) serta masih satu nasab".


Syekh Zainal Abidin diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk menyiarkan agama Islam di pulau Madura, dengan rasa hormat tanpa membantah beliau berangkat melakukan perjalanan menuju Madura, akan tetapi sesampainya di tepi laut beliau terdiam karena tidak ada kapal ataupun perahu, tak lama kemudian datanglah sebuah ikan besar, ikan pare (dalam bahasa Madura ikan Mondung), ikan itu mengantarkan Syekh Zainal Abidin ke pulau Madura tepatnya di pelabuhan Modung dengan selamat.


Dengan rasa terima kasih Syekh Zainal Abidin berwasiat kepada ikan itu "saya tidak akan makan dagingmu sampai juga anak keturunanku tidak akan makan dagingmu, jika diantara anak keturunanku sampai makan dagingmu maka dia akan dikena penyakit kulit".


Lanjut H. Abd Hadi mengatakan asal mulanya dinamakan Sunan Cendana, beliau mengatakan "diberitahukan pada saat itu tepatnya di Kwanyar tidak adanya pengeras suara untuk menandakan melaksanakan sholat tepat waktu, dengan inisiatif masyarakat bersama maka direncanakan untuk mencari kayu besar untuk memukul bedug, berangkatlah ke hutan masyarakat itu, sesampainya di hutan masyarakat mencari kayu tak lama kemudian mereka menemukan kayu yang dicari, tanpa berpikir panjang masyarakat pun langsung memotong kayu tersebut, namun saat menggergaji kayu, terdengar sebuah bersuara yang mengatakan "'Nak,kalian mengenai kakiku kurang ke atas"' lalu masyarakat itu spontan berhenti sejenak memastikan suara itu.tanpa sadar mereka menghiraukan suara itu dan menggergaji di tempat yang sama,suara itu muncul kembali dengan kata yang sama.Tanpa basa-basi masyarakat tersebut percaya bahwa ada orang di dalam kayu tersebut.Pindahlah posisi gergaji lebih ke atas untuk memotongnya lagi. Saat digergaji suara itu muncul kembali dan mengatakan "'Nak,masih mengenai leherku kurang ke atas"'. Dan untuk terakhir kalinya masyarakat memindahkan posisi gergaji itu lebih ke atas dan suara itu tidak terdengar kembali sampai kayu itu roboh. Setelah kayu itu roboh, muncul bau menyengat dan harumnya sangat dahsyat. Teryata suara yang muncul dari dalam kayu itu adalah suara Syekh Zainal Abidin yang sedang bertapa atau bersemedi dengan posisi berdiri tegak.Dari kejadian itu masyarakat memberikan julukan nama Syekh Zainal Abidin Abidin Sunan Cendana yang artinya pohon yang harum".


Segelintir yang di sampaikan oleh juru kunci sekaligus keturunan dari Sunan Cendana yang membuat pemahaman kami bertambah.kami berziarah sekaligus menggali sejarah Syekh Zainal Abidin di pulau Madura hingga mendapat julukan Sunan Cendana.



"Coretan Om Dull".

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق