PK PMII STKIP PGRI Bangkalan Gelar Seminar Keperempuanan

 


Dokumentasi Kegiatan Seminar Peserta Peserta 


KOPRI PK PMII STKIP PGRI Bangkalan menggelar kegiatan Seminar Keperempuan, Selasa (1/8/23). Kegiatan ini mengusung tema ‘Peran Perempuan dalam Dunia Pendidikan’ yang bertepatan di PP Miftahul Falah Tonggur Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. Seminar ini dihadiri oleh siswa tingkat MTSdan MA Yayasan PP Miftahul Falah yang sangat antusias.


Ketua KOPRI PK PMII STKIP PGRI Bangkalan Mufidatul Ulum menyampaikan, tujuan kegiatan ini untuk menstimulus semangat perempuan dalam berpendidikan khususnya di pedesaan yang sangat kental dengan budaya patriarki.  Sehingga tidak ada asumsi bahwa perempuan hanya berada di kasur, sumur ataupun di dapur. Karena bagaimanapun juga, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan seperti yang diamanahkan UUD 1945 BAB XIII pasal 31 ayat 1. 


“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Sekolah Islam dan Gender yang satu bulan lalu sudah dilaksanakan, sehingga kami memilih untuk mengadakan acara seminar Keperempuan ini. Karena konteks dalam Sekolah Islam dan Gender ini salah satunya berbicara tentang perempuan kesetaraan perempuan dalam ranah publik” ujar perempuan yang karib disapa Vida saat memberi sambutan.


Sementara Ketua PC Kopri PMII Bangkalan sekaligus narasumber, Eva Yuliana menyampaikan pentingnya  perempuan dalam berpendidikan di Indonesia. Dia menganggap bahwa perempuan harus berpendidikan tinggi karena nantinya perempuan akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya.


Dalam seminar ini,  Eva Yuliana, menitikberatkan materinya tentang perempuan harus mempunyai pendidikan yang tinggi dan juga  peran perempuan sebagai madrasah pertama bagi penerus bangsa harus bisa terdidik terlebih dahulu sebelum mendidik.


“Karena perempuan adalah bagian masyarakat. Masyarakat terdiri dari laki-laki dan perempuan. Lelaki dilahirkan oleh perempuan. Jika demikian, perempuan adalah masyarakat seluruhnya,” ujar Eva.


Pemateri pendamping Risma Ardiyani dan Fuad Hasyim pada abad 21 ini ternyata masih ada orang yang beranggapan bahwa perempuan tidak patut untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. 


"Mungkin tingkat maskulinitasnya terlalu tinggi. Sehingga ego tidak mau setara dengan perempuan semakin kepanasan," paparnya.


Konsep keadilan gender hakiki kata dia, sejatinya laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki dua tugas ketika diciptakan dan tinggal di bumi. "Pertama adalah menjadi hamba Allah dan yang kedua menjadi khalifah fil ‘ardh. Jadi dalam menjalankan tugas dari Allah SWT," paparnya.


Oleh karena itu lanjut dia, seluruh manusia wajib hukumnya mendapatkan hak untuk menempuh pendidikan formal maupun non-formal tapa membedakannya dengan alasan jenis kelamin. 


"Lalu selanjutnya laki-laki dan perempuan bekerja sama tanpa adanya keterpaksaan. Yakni dalam membangun peradaban  manusia yang lebih baik lagi," paparnya.


Penulis: Junaidi Kader STKIP

ditor: Samsul 

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق